Tweet |
Inilah sebagian kerusakan di dalam pesawat Sukhoi sebelum kecelakaan…
Foto penumpang Sukhoi pesta Khamer (minuman keras) di dalam pesawat sebelum kecelakaan:
Pamer Aurat (tidak berhijab) dan tabarruj (bersolek di muka umum):
Ikhtilat (campur baur dengan yang bukan mahram):
Wala (loyal) kepada orang-orang kafir:
Bahaya-bahaya di Dalam Pesawat
Kenikmatan dan musibah adalah dua hal yang akan selalu bersama
seorang hamba dalam kehidupan dunia ini. Sehingga kita dituntut untuk
siap, bukan saja ketika menghadapi kenikmatan dengan syukur kepada Allah
ta’ala, tetapi juga ketika menghadapi musibah dengan kesabaran. Nabi
shallallahu’alaihi wa sallam menjelaskan diantara sifat orang-orang yang
beriman,
“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin itu, sesungguhnya setiap
keadaannya baik –dan hal itu tidak mungkin ada kecuali pada diri seorang
mukmin- yaitu ketika dia mendapati sebuah kenikmatan diapun bersyukur,
maka itu adalah kebaikan baginya. Dan apabila dia ditimpa sebuah musibah
diapun bersabar, maka itu juga kebaikan baginya.” [HR. Muslim, no. 7692
dari Sahabat yang mulia Shuhaib bin Sinan radhiyallahu’anhu]
Telah banyak terjadi musibah jatuhnya pesawat yang menelan korban
jiwa di negeri ini. Sebagai orang yang beriman hendaklah kita mampu
mengambil pelajaran dari setiap musibah yang kita saksikan atau
dengarkan. Karena sesungguhnya Allah tabaraka wa ta’ala telah
memperingatkan dalam Al-Qur’an bahwa diantara hikmah adanya musibah
adalah dua perkara:
Pertama: Musibah adalah Ujian bagi Orang-orang yang Beriman
Sebagaimana firman-Nya:
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu)
orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa
lillaahi wa innaa ilaihi rooji’uun”.” (Al-Baqarah: 155-156)
Dan subhanallah, ternyata di balik musibah ada sejumlah kebaikan yang
sangat besar, diantaranya adalah pahala tanpa batas jika seorang yang
ditimpa musibah itu bersabar dan terhapusnya dosa-dosa.
Allah ta’ala berfirman:
“Hanyalah orang-orang yang sabar itu pahala mereka tanpa batas.” (Az-Zumar: 10)
Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
“Tidaklah ada suatu musibah yang menimpa seorang muslim, hingga duri
yang menusuknya, kecuali itu akan menjadi penghapus dosanya.” [HR.
Al-Bukhari dan Muslim dari Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu’anha]
Juga sabda beliau shallallahu’alaihi wa sallam,
“Sesungguhnya besarnya pahala tergantung besarnya ujian. Dan
sesungguhnya Allah ta’ala apabila mencintai suatu kaum maka Allah
timpakan kepada mereka bala’, barangsiapa ridho dengannya maka Allah pun
ridho kepadanya, barangsiapa yang marah dengannya maka Allah pun marah
kepadanya.” [HR. At-Tirmidzi dari Sahabat yang mulia Anas bin Malik
radhiyallahu’anhu, dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahihil Jami’,
no. 2110]
Dengan semua keutamaan-keutamaan ini, maka tidak heran kalau Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan padanya maka Allah akan
timpakan kepadanya musibah.” [HR. Al-Bukhari dari Sahabat yang mulia Abu
Hurairah radhiyallahu’anhu]
Kedua: Musibah adalah Azab bagi Pelaku Dosa
Allah ta’ala berfirman:
“Dan musibah apapun yang menimpa kalian adalah disebabkan oleh
perbuatan tangan kalian sendiri. Dan Allah memaafkan sebagian besar
(dari kesalahan-kesalahan kalian).” (Asy-Syuraa: 30)
Juga firman-Nya:
“Maka masing-masing (mereka itu) Kami adzab disebabkan dosanya.
Diantara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu, di antara
mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, di antara mereka
ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami
tenggelamkan (dalam air), dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya
mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.”
(Al-’Ankabut: 40)
Bagaimana Menghindari Musibah
Bersyukurlah bagi orang yang masih diberikan kesempatan hidup setelah
tertimpa musibah, karena itu berarti dia masih diberi kesempatan untuk
bertaubat. Adapun bagi pelaku dosa yang belum mendapatkan musibah maka
hendaklah segera bertaubat dan memohon ampun atas dosa-dosanya agar
Allah jalla wa ‘ala tidak menimpakan adzab kepadanya.
Sesungguhnya Allah ta’ala telah menetapkan, bahwa taubat dan
istighfar adalah diantara sebab yang menghalangi datangnya adzab.
Sebagaimana firman-Nya:
“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengadzab mereka, sedang kamu
(wahai Muhammad) berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan
mengazab mereka, sedang mereka senantiasa memohon ampun.” [Al-Anfal:
33]
Juga diantara sebab yang dapat menahan adzab Allah ta’ala adalah
ditegakkannya amar ma’ruf nahi munkar. Apabila maksiat tersebar pada
suatu kaum, lalu tidak ada diantara mereka orang-orang yang berusaha
menasihati para pelaku maksiat maka bisa jadi Allah ta’ala akan
menimpatkan adzab kepada kaum itu seluruhnya, baik pelaku maksiatnya
maupun orang-orang baik yang mendiamkan perbuatan dosa dilakukan di
depan matanya. Inilah makna firman Allah ta’ala:
“Dan takutlah kepada fitnah (adzab) yang tidak khusus menimpa
orang-orang yang lalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah
amat keras siksaan-Nya.” [Al-Anfal: 25]
Nabi shallallahu’alaihi wa sallam juga pernah memberikan perumpamaan
akan bahayanya membiarkan perbuatan maksiat terjadi di tengah-tengah
kita,
“Perumpamaan orang yang taat kepada Allah ta’ala dan orang yang
bermaksiat kepada-Nya adalah bagaikan suatu kaum yang berundi untuk naik
kapal. Pada akhirnya sebagian menempati bagian atas dan sebagian lagi
menempati bagian bawah. Lalu orang-orang yang menempati bagian bawah
apabila membutuhkan air harus melewati bagian atas, maka mereka pun
mengatakan, “Bagaimana seandainya kita lubangi saja bagian bawah kapal
ini untuk mengambil air sehingga kita tidak mengganggu orang-orang yang
menempati bagian atas.” Maka apabila orang-orang yang ada pada bagian
atas itu membiarkan apa yang mereka inginkan nisacaya mereka akan binasa
(tenggelam) semuanya, akan tetapi jika mereka mencegah perbuatan
tersebut maka mereka akan selamat dan semuanya selamat.” [HR. Al-Bukhari
dari An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu’anhu]
Oleh karena itu, sangat penting sekali kita berusaha menasihati para
pelaku maksiat agar tidak ditimpakan adzab yang sangat mungkin akan
mengenai kita jika kita tidak berusaha merubah kemungkaran.
Maka melalui artikel ini kami mengajak kepada para pembaca yang
budiman untuk senantiasa bertaubat kepada Allah ta’ala dan meninggalkan
perbuatan dosa. Dan ketahuilah, dosa yang paling wajib kita tinggalkan
adalah dosa syirik, kemudian bid’ah, kemudian al-kabaair (dosa-dosa
besar), kemudian ash-shogaair (dosa-dosa kecil).
Sebagaimana kami juga mengajak untuk membudayakan saling menasihati
kapan dan di manapun kita berada, dan lebih penting lagi ketika kita
melihat kemaksiatan terjadi di depan kita.
Maka diantara nasihat yang ingin kami sampaikan di sini adalah
nasihat kepada para kru pesawat, dan khususnya kepada pramugrari, lebih
khusus lagi kepada pramugari muslimah.
Takutlah kepada Allah ta’ala, sesungguhnya di pundak kalian
diserahkan tanggung jawab keselamatan penerbangan, hindarilah sebab
musibah terbesar, yaitu perbuatan dosa sebagaimana yang telah kami
jelaskan di atas.
Yang Paling Menakutkan Ketika Naik Pesawat
Hendaklah kita menyadari, sungguh diantara hal yang sangat menakutkan
ketika naik pesawat bukanlah karena cuaca yang kurang bagus atau mesin
pesawat yang mungkin bermasalah, tetapi yang lebih patut dikhawatirkan
adalah kemaksiatan yang dilakukan oleh para kru pesawat maupun
penumpangnya. Dimana dalam keadaan mereka sangat membutuhkan pertolongan
Allah ta’ala pun mereka masih berani berbuat maksiat, yang oleh
orang-orang kafir di zaman Jahiliyah, tidak berani melakukannya.
Sebagaimana yang Allah ta’ala kabarkan dalam Al-Qur’an,
“Maka apabila mereka menaiki kapal (dalam keadaan takut tenggelam)
maka mereka pun berdoa kepada Allah dengan memurnikan agama hanya
bagi-Nya, namun ketika Allah ta’ala menyelamatkan mereka sampai ke
daratan tiba-tiba mereka kembali menyekutukan-Nya.” (Al-‘Ankabut: 65)
Dan diantara kemaksiatan yang sangat menakutkan di pesawat adalah
pakaian para pramugari yang seronok, menampakkan auratnya ataupun
pakaian yang sangat ketat sehingga menampakkan lekuk-lekuk tubuhnya. Dua
hal yang sangat menakutkan dari dosa ini adalah,
Pertama: Musibah terjadinya kecelakaan penerbangan.
Kedua: Musibah secara pribadi bagi laki-laki, yaitu terkena panah setan di hatinya.
Keduanya sama-sama bahaya, bahkan yang kedua lebih berbahaya. Kalau
musibah yang pertama resiko paling besar hanyalah matinya jasad,
sedangkan yang kedua adalah matinya hati. Nabi shallallahu’alaihi wa
sallam telah mengingatkan,
“Tidaklah aku tinggalkan fitnah (cobaan) yang lebih berbahaya bagi
laki-laki dibanding wanita.” [HR. Al-Bukhari dari Sahabat yang mulia
Usamah bin Zaid radhiyallahu’anhuma]
Oleh karena itu, agama Islam yang mulia ini telah memberikan sejumlah
peringatan khusus kepada kaum wanita untuk bertakwa kepada Allah
ta’ala, janganlah menjadi sebab terjerumusnya kaum laki-laki kepada
kerusakan-kerusakan.
Apabila Anda telah menyadari hal ini, maka dengan mudah Anda akan
memahami apa hikmahnya Allah ta’ala memerintahkan wanita untuk tinggal
di rumahnya, jangan keluar kecuali untuk suatu keperluan yang sangat
mendesak. Bersamaan dengan itu Allah tabaraka wa ta’ala mewajibkan bagi
laki-laki untuk menafkahi wanita, sehingga wanita tidak sepatutnya
keluar rumah meskipun dengan alasan mencari nafkah.
Allah ta’ala berfirman,
“Dan tetap tinggallah kalian wahai para wanita di rumah-rumah kalian,
dan janganlah kalian bersolek seperti bersoleknya jahiliyah dulu.”
[Al-Ahzab: 33]
Dan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam telah memperingatkan bagaimana
setan menjadikan wanita sebagai alat untuk menjerumuskan manusia kepada
kesesatan dan kemaksiatan,
“Wanita itu adalah aurat, maka apabila ia keluar (dari rumahnya),
setan akan menghiasinya.” [HR. At-Tirmidzi, no. 1173 dari Sahabat yang
mulia Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu, dishahihkan oleh Al-Albani]
Al-Imam Abul ‘Ala’ Al-Mubarakfuri rahimahullah menjelaskan makna hadits ini,
“Bila wanita keluar, setan akan menghiasinya (untuk menggoda
laki-laki), maknanya adalah setan menghiasinya di mata laki-laki. Juga
dikatakan, maknanya, setan melihat wanita tersebut untuk menyesatkannya
dan menyesatkan (manusia) dengannya. Dan makna asal adalah mengangkat
pandangan untuk melihat sesuatu.” [Tuhfatul Ahwadzi, 4/283]
Syarat-syarat Pakaian Muslimah
Jika seorang wanita terpaksa harus keluar dari rumahnya karena suatu
kebutuhan yang mendesak maka hendaklah dia berhias dengan adab-adab
Islami, diantaranya adalah dengan menggunakan pakaian muslimah dengan
memenuhi syarat-syaratnya sesuai syari’at, secara ringkas sebagai
berikut:
1. Menutupi seluruh tubuh. Allah ta’ala berfirman:
“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu,
dan istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka.” (Al-Ahzab: 59)
2. Pakaian tersebut bukan sebuah perhiasan. Karena tujuan pakaian
syar’i bagi muslimah adalah untuk menutupi perhiasannya. Allah ta’ala
berfirman:
”Tidak diperbolehkan bagi wanita untuk menampakkan perhiasan mereka
kecuali kepada suami-suaminya demikian pula kepada ayah-ayahnya dan
kepada ayah-ayah dari suami-suami mereka.” (An-Nur: 31)
3. Tidak ketat dan tidak pula tipis. Inilah pakaian yang diperingatkan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam dalam sabda beliau,
“Ada dua golongan penghuni neraka yang belum pernah aku lihat, satu
kaum yang selalu bersama cambuk bagaikan ekor-ekor sapi, dengannya
mereka memukul manusia, dan wanita-wanita yang berpakaian tapi
telanjang. Mereka berjalan dengan melenggak-lenggok menimbulkan fitnah
(godaan). Kepala-kepala mereka seperti punuk-punuk unta yang miring.
Mereka tidak masuk ke dalam surga. Dan mereka tidak mencium baunya. Dan
sungguh bau surga itu bisa tercium dari jarak demikian dan demikian”.
[HR. Muslim dari Sahabat yang mulia Abu Hurairah radhiyallahu’anhu]
4. Tidak mengenakan harum-haruman. Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Siapa saja wanita yang memakai wewangian dengan tujuan agar kaum
pria mencium bau harumnya, maka dia adalah pezina.” [HR. An-Nasai, no.
5126 dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu’anhu, dihasankan oleh
Al-Albani]
5. Tidak menyerupai pakaian wanita kafir atau fasik. Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia bagian dari mereka.”
[HR. Abu Daud, no. 4033 dari Sahabat yang mulia Abdullah bin Umar
radhiyallahu’anhuma, dihasankan oleh Al-Albani]
6. Tidak menyerupai Pakaian Laki-laki. Sahabat yang mulia Abdullah bin Abbas radhiyallahu’anhuma berkata,
“Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang
menyerupai wanita, dan wanita yang menyerupai laki-laki.” [HR.
Al-Bukhari no. 5885]
7. Bukan pakaian ketenaran. Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa mengenakan pakaian ketenaran di dunia, maka Allah akan
memakaikan kepadanya pakaian kehinaan pada hari kiamat.” [HR. Ibnu
Majah, no. 3606 dari Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhuma, dihasankan
oleh Al-Albani]
Semoga Allah ta’ala memperbaiki kaum muslimin seluruhnya.
(Yang Paling Menakutkan Ketika Naik Pesawat, oleh ust. Sofyan Chalid bin Idham Ruray)
(Yang Paling Menakutkan Ketika Naik Pesawat, oleh ust. Sofyan Chalid bin Idham Ruray)
Diposting oleh Abu Fahd Negara Tauhid
Referensi:
- http://nasihatonline.wordpress.com
- Sumber foto: http://www.kaskus.us/showthread.php?t=14387096
- Sumber foto: http://kaskus-us.blogspot.com/2012/05/foto-penumpang-sukhoi-pesta-bir-sebelum.html
- http://gizanherbal.wordpress.com
- http://nasihatonline.wordpress.com
- Sumber foto: http://www.kaskus.us/showthread.php?t=14387096
- Sumber foto: http://kaskus-us.blogspot.com/2012/05/foto-penumpang-sukhoi-pesta-bir-sebelum.html
- http://gizanherbal.wordpress.com
0 comments:
Posting Komentar