Tweet |
Zat warna reaktif adalah suatu zat warna yang dapat mengadakan reaksi dengan serat sehingga zat warna tersebut merupakan bagian dari serat. Oleh karena itu, hasil celupan zat warna reaktif mempunyai ketahanan cuci yang sangat baik. Demikian pula karena berat molekul zat warna reaktif kecil maka kecerahan warnanya akan lebih baik daripada zat warna direk.
Menurut reaksi yang terjadi, zat warna reaktif dapat dibagi menjadi 2 golongan:
Golongan 1 : zat warna reaktif yang mengadakan reaksi subtitusi dengan serat dan membentuk ikatan pseude ester, misalnya : zat warna procion, cibanon, drimaren dan levafix.
Golongan 2 : zat warna reaktif yang dapat mengadakan reaksi adisi dengan serat dan membentuk ikatan ester, misalnya : zat warna remasol dan remalan.
Secara umum struktur zat warna yang larut dalam air dapat digambarkan sebagai berikut :
S – K – P – R – X
S = gugus pelarut misalnya gugus asam sulfonat dan karboksilat.
K = khromofor misalnya sistem yang mengandung gugus azo dan akinon.
P = gugus penghubung antara kromofor dan sistem yang reaktif misalnya gugus amina dan amida.
R = sistem yang reaktif misalnya pirimidin dan vinil.
X = gugus reaktif yang mudah terlepas dari sistem yang reaktif misalnya gugus khlor dan sulfat.
Struktur kimia zat warna reaktif dapat digambarkan sebagai berikut :
Khromofor zat warna reaktif mempunyai berat molekul yang kecil agar daya serap terhadap serat tidak besar sehingga zat warna yang tidak bereaksi dengan serat mudah dihilangkan. Gugus penghubung dapat mempengaruhi daya serap dan ketahanan zat warna terhadap asam atau basa. Agar reaksi dapat berjalan dengan baik diperlukan penambahan alkali misalnya Natrium Silikat dan KOH karena apabila telah dikerjakan dengan alkali bahan akan tahan pencucian dan penyabunan. Disamping terjadi reaksi antara zat warna dengan serat yang membentuk ikatan pseude ester dan eter, molekul air juga dapat mengadakan reaksi hidrolisa dengan molekul zat warna, dengan memberikan komponen zat warna yang tidak reaktif lagi. Reaksi hidrolisa tersebut akan bertambah cepat dengan penaikan temperatur.
Pemakaian zat warna reaktif secara panas yaitu untuk zat warna reaktif yang mempunyai kereaktifan rendah, misalnya procion H, cibacron dengan sistem reaktif mono-khlorotriazin, dan remazol denagan sistem reaktif vinil sulfon.
Faktor – faktor yang mempengaruhi reaksi hidrolisa :
1. Kereaktifan zat warna. Apabila zat warna reaktifnya tinggi maka zat warna akan mudah rusak terhidrolisis.
2. Kondisi celup.
a) Temperatur. Telah disebutkan diatas bahwa dengan adanya penaikan temperatur maka reaksi hidrolisa bertambah cepat.
b) PH. Dengan pH yang tinggi maka akan terjadi reaksi hidrolisa yang tinggi.
c) H2O. reaksi hidrolisa juga akan tinggi jika pemakaian air banyak pula.
Untuk mengurangi terjadinya reaksi hidrolisis maka digunakan metode penambahan alkali secara bertahap. Hal ini dimaksudkan agar mendapatkan hasil yang rata dan tua.
Reaksi fiksasi yang terjadi :
Reaksi hidrolisa yang terjadi :
0 comments:
Posting Komentar