Tweet |
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Pemilihan Judul
Batik merupakan salah satu karya seni dan produk budaya khas Indonesia
yang telah berkembang sejak masa lalu. Batik dapat dijadikan sebagai komoditas
komersial dan dapat pula ditampilkan sebagai karya seni yang artistik. Batik
tergolong sebagai unsur peninggalan tradisi yang menjadi salah satu komponen
kerangka cultural Indonesia. Teknik batik merupakan media yang dapat
mempresentasikan bentuk lebih lentur, rinci, rajin tapi juga mudah.
Kelemahan hasil batik yang sering
dialami di IKM adalah tahan luntur warnanya. Batik-batik yang IKM hasilkan
setelah dilakukan pencucian berulang seringkali mengalami penurunan warna atau
luntur. Hal ini terjadi karena proses pewarnaan yang dilakukan kurang tepat
baik penggunaan zat warnanya, zat pembantu maupun proses kerja yang dilakukan.
Salah satu cara untuk menghasilkan kain batik yang baik dengan tahan luntur dan
kerataan warna yang baik yaitu dengan menggunakan zat warna indigosol. Selain tahan
lunturnya baik zat warna indigosol juga menghasilkan warna –warna pastel.
Berlatar
belakang dari pernyataan di atas maka penulis memilih judul “PROSES
PENCELUPAN BATIK TULIS DENGAN MENGGUNAKAN ZAT WARNA INDIGOSOL PADA BAHAN KAPAS”.
Pemilihan
pembahasan atau penyuluhan ini dimaksudkan agar lebih memahami proses pembuatan
batik tulis mulai dari proses persiapan pembatikan maupun proses pembatikannya
termasuk proses pemalaman, pewarnaan
maupun proses pelorodannya sehingga nantinya kita sebagai tenaga penyuluh
lapangan dapat memberikan solusi terhadap permasalahan yang dialami IKM
terutama masalah teknis produksinya. Sedangkan tujuan penulis membuat karya
ilmiah ini adalah agar pembaca dapat mengembangkan pencelupan batik tulis
menggunakan zat warna indigosol pada bahan kapas.
Pada
makalah ini penulis membatasi pembahasan hanya mengenai proses pembuatan batik
tulis dengan zat warna indigo pada bahan kapas. Sehingga tidak dibahas proses
batik untuk bahan yang lain maupun zat warna yang lain.
I.2 Teori Pendekatan
Sejarah Batik
Batik atau kata Batik berasal dari Bahasa Jawa “amba” yang berarti menulis dan “titik”. Kata batik merujuk pada kain
dengan corak yang dihasilkan oleh bahan “malam”
(wax) yang diaplikasikan ke atas kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna
(dye), atau dalam Bahasa Inggrisnya “wax-resist
dyeing”. Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah
menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama.
Ragam corak dan warna batik dipengaruhi oleh berbagai
pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas dan
beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir
menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada
akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh
orang Tionghoa, yang juga mempopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa
juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang
sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa
oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan
mereka seperti warna biru. Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya dan
masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak
memiliki perlambangan masing-masing.
Teknik membatik telah dikenal sejak ribuan tahun yang
silam. Tidak ada keterangan sejarah yang cukup jelas tentang asal usul batik.
Ada yang menduga teknik ini berasal dari Bangsa Sumeria, kemudian dikembangkan
di Jawa setelah dibawa oleh para pedagang India. Saat ini batik bisa ditemukan
di banyak negara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, India, Sri Lanka, dan
Iran. Selain di Asia, batik juga sangat populer di beberapa negara di Benua
Afrika. Walaupun demikian, batik yang sangat terkenal di dunia adalah batik
yang berasal dari Indonesia, terutama dari Jawa. Tradisi membatik pada mulanya
merupakan tradisi yang turun-temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat
dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat
menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik
tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.
Meskipun batik identik dengan pakaian adat Jawa, namun kini batik sudah menjadi pakaian nasional bagi masyarakat Indonesia, bahkan sudah banyak pula dikenal di manca negara. Penggunaannyapun tidak lagi sebagai pakaian adat tetapi sudah mengikuti perkembangan mode busana baik bagi wanita maupun pria, bahkan biasa digunakan sebagai desain interior dan perlengkapan rumah tangga.
Meskipun batik identik dengan pakaian adat Jawa, namun kini batik sudah menjadi pakaian nasional bagi masyarakat Indonesia, bahkan sudah banyak pula dikenal di manca negara. Penggunaannyapun tidak lagi sebagai pakaian adat tetapi sudah mengikuti perkembangan mode busana baik bagi wanita maupun pria, bahkan biasa digunakan sebagai desain interior dan perlengkapan rumah tangga.
v
Jenis Batik
Batik Tulis
Batik
tulis adalah batik yang dihasilkan dengan cara menggunakan canting tulis
sebagai alat bantu dalam melekatkan malam pada kain. Perkembangan teknik yang
menghasilkan batik tulis bermutu tinggi di kraton-kraton jawa ditunjang oleh
canting tulis dan kain halus. Ragam hias paling rumit (detail) mampu dicapi
oleh canting sesuai dengan keterampilan pembatik.
Batik Cap
Batik
cap yaitu batik yang proses pembatikannya menggunakan canting cap. Canting cap
dibuat dengan lempengan kecil bahan tembaga membentuk corak pada salah satu
permukaannya. Permukaan canting cap menggunakan bahan lempengan tembaga tipis
karena tembaga memiliki sifat lentur dan mudah dibuat pola. Permukaan canting
cap tersebut dirangkaikan dengan struktur plat besi tipis yang kuat. Pada
awalnya canting cap hanya digunakan untuk pola-pola pinggiran, namun kini
canting cap juga digunakan untuk mencetak pola pada seluruh permukaan kain. Hal
ini karena dengan cara ini akan menghasilkan pekerjaan yang lebih efektif dan
efisien.
v
Alat-Alat Membatik
Perlengkapan orang membatik tidak
banyak mengalami perubahan dari dahulu sampai sekarang. Diantara alat-alat
tersebut adalah :
a.
Gawangan
Gawangan adalah perkakas untuk menyangkutkan dan
membentangkan mori sewaktu dibatik. Gawangan dibuat dari bahan kayu, atau
bambo. Gawangan harus dibuat sedemikian rupa, sehingga mudah dipindah-pindah,
tetapi harus kuat dan ringan.
b.
Bandul
Bandul
dibuat dari timah, atau kayu, atau batu yang dikantongi. Fungsi pokok bandul
adalah untuk menahan mori yang baru dibatik agar tidak mudah tergesar tertiup
angin, atau tarikan si pembantik secara tidak sengaja.
c.
Wajan
Wajan ialah perkakas untuk mencairkan “malam”. Wajan dibuat
dari logam baja, atau tanah liat. Wajan sebaiknya bertangkai supaya mudah
diangkat dan diturunkan dari perapian tanpa menggunakan alat lain.
d.
Kompor
Kompor adalah alat untuk membuat api. Kompor yang biasa
digunakan adalah kompor dengan bahan bakar minyak.
e.
Taplak
Taplak
ialah kain untuk menutup paha si pembantik supaya tidak kena tetesan “malam”
panas sewaktu canting ditiup, atau waktu membatik.
f.
Canting
Canting adalah alat
yang dipakai untuk memindahkan atau mengambil cairan. Canting untuk membatik adalah alat kecil
yang terbuat dari tembaga
dan bambu sebagai pegangannya. Canting ini dipakai
untuk menuliskan pola batik
dengan cairan lilin. Sebelum bahan plastik banyak dipakai sebagai perlengkapan rumah
tangga, canting yang terbuat dari tempurung kelapa banyak dipakai sebagai salah satu
perlengkapan dapur sebagai gayung.
Dewasa ini canting tempurung kelapa sudah jarang terlihat lagi karena
digantikan bahan lain seperti plastik.
g.
Mori
Mori
adalah bahan baku batik dari katun. Kwalitet mori bermacam-macam, dan jenisnya
sangat menentukan baik buruknya kain batik yang dihasilkan. Mori yang
dibutuhkan sesuai dengan panjang pendeknya kain yang dikehendaki. Ukuran
panjang pendeknya mori biasanya tidak menurut standar yang pasti, tetapi dengan
ukuran tradisional.
h.
Malam/lilim
Lilin atau “malam” ialah bahan yang dipergunakan untuk
membatik. Sebenarnya “malam” tidak habis (hilang), karena akhirnya diambil
kembali pada proses mbabar, proses pengerjaan dari membatik sampai batikan
menjadi kain. “malam” yang dipergunakan untuk membatik berbeda dengan malam
atau lilin biasa. Malam untuk membatik bersifat cepat menyerap pada kain tetapi
dapat dengan mudah lepas ketika proses pelorodan.
i.
Saringan malam
Saringan
ialah alat untuk menyaring “malam” panas yang banyak kotorannya. Jika “malam”
disaring, maka kotoran dapat dibuang sehingga tidak mengganggu jalannya “malam”
pada cucuk canting sewaktu dipergunakan untuk membatik.
v
Disain Batik
Pada
proses disain batik terdapat dua cara yaitu disain batik tulis dan disain batik
cap. Proses pembuatan disain batik tulis dilakukan dengan menggambar langsung
pada kain yang dikehendaki dengan menggunakan pensil. Untuk pembatik yang telah
berpengalaman, maka proses mendisain dapat dilakukan dengan pemalaman langsung
diatas kain. Sedangkan pada disain batik cap terdapat sedikit perbedaan dengan
disain batik tulis. Disain pola canting cap selalu dirancang berdasarkan
raportnya. Raport di dalam pembuatan canting cap adalah susunan pola agar satu
sisi canting menyambung dengan sisi lain apabila dicapkan. Pada akhirnya pola
batik yang dibuat dapat menyambung. Cara menjalankan canting cap (lampah) ada
beberapa macam, yaitu :
1.
Tubrukan, yaitu bergeser satu langkah ke kanan
dan satu langkah ke depan.
2.
Onda-onde, yaitu satu langkah ke depan dan
setengah langkah ke kanan, atau setengah langkah ke depan dan satu langkah ke
kanan.
3.
Lereng, yaitu dengan langkah bergeser satu
langkah ke kiri depan mengikuti garis miring.
4.
Mubeng, yaitu dengan langkah berputar seperempat
lingkaran dengan salah satu sudut cap sebagai titik pusat.
5.
Mlampah sareng, yaitu apabila dua cap membentuk satu
motif dengan keduanya berjalan bersama satu langkah ke depan.
v
Pemalaman
Pemalaman
adalah proses penggambaran corak diatas permukaan kain menggunakan malam cair
sebagai bahannya. Tahap pemalaman bisa berulang-ulang berdasarkan rancangan
ragam hiasnya. Pemalaman bolak-balik dapat dilakukan untuk memperolah hasil
pemalaman yang sama antara bagian muka dan belakang kainnya.
Pemalaman
dengan canting cap dapat dilakukan beberapa kali tergantung jumlah warna yang
dikehendaki. Pada bagian lain yang tidak ingin diwarnai dengan warna yang
diinginkan harus ditutup dengan malam. Proses pemalaman ini akan diikuti dengan
proses pelorodan yaitu proses melepaskan malam dari permukaan kain. Proses
pembatikan dengan canting cap sama dengan proses menggunakan canting tulis.
Makin banyak warna yang dibutuhkan, makin sering pula proses pemalaman,
pencelupan/pencoletan, dan pelorodan berlangsung. Namun, dalam hal kerumitan,
ketelitian, dan kesinambungan keseluruhan coraknya, hasil canting cap tidak
sebaik dan sehalus pengerjaan dengan canting tulis. Selain pengerjaannya lebih
cepat, teknik batik cap memiliki keunggulan yaitu dapat untuk membuat batik
dengan motif yang sama secara missal atau bersama-sama dengan jumlah yang
banyak. Hal tersebut tidak dapat dilakukan dalam batik tulis.
v
Pewarnaan (Pencoletan)
Pewarnaan
dengan cara coletan atau dulitan ialah memberi warna pada kain batik setempat
dengan larutan zat warna yang dikuaskan atau dilukiskan dimana daerah yang
diwarnai itu dibatasi oleh garis-garis lilin sehingga warna tidak menerobos
daerah yang lain. Biasanya untuk coletan dipakai cat Rapid atau Indigosol. Di
daerah pantai utara seperti Gresik, pewarnaan seperti ini disebut “Dulitan” dan
kain batik yang dihasilkan disebut kain dulitan. Lain halnya dengan di daerah
Pekalongan, pewarnaan setempat ini disebut dengan “coletan” dan banyak
digunakan pada batik buketan. Kuas untuk mencolet disebut “colet”, yaitu sejenis
kuas kecil yang terbuat dari bahan bambu yang ditumbuk salah satu ujungnya
sehingga tinggal serat-seratnya menyerupai kuas. Cara menyolet adalah mori yang
telah diberi pola dengan lilin malam dengan motif klowongan digelar diatas meja
atau lantai dengan didasari goni. Goni ini berfungsi untuk menyerap sisa warna.
Dengan demikian cairan warna hanya membasahi bidang yang diinginkan saja.
v
Pelorodan
Menghilangkan
malam/lilin batik pada kain batik dapat berupa penghilangan sebagian dan
penghilangan keseluruhan. Menghilangkan lilin sebagian adalah melepaskan lilin
pada tempat-tempat tertentu dengan cara menggaruk lilin tersebut dengan alat
semacam pisau. Pekerjaan ini biasanya disebut “ngerok” atau “ngerik”.
Menghilangkan lilin secara keseluruhan dapat dilakukan ditengah-tengah proses
membatik atau diakhir proses membatik. Menghilangkan keseluruhan lilin pada
akhir proses membatik disebut “mbabar” atau “ngebyok” atau melorod.
Menghilangkan lilin secara keseluruhan ini dikerjakan dengan air panas dimana lilin
akan meleleh dan lepas dari kain. Air panas yang digunakan tersebut biasanya
diberi kanji untuk kain batik dengan zat warna alam, sedangkan untuk zat warna
sintetik air panasnya diberi soda abu (Na2CO3).
v
Zat Warna Indigosol
Zat
warna bejana larut merupakan zat warna bejana yang telah tereduksi kemudian
distabilkan sebagai ester asam sulfat. Zat warna bejana larut mantap dalam
suasana alkali tetapi mudah terhidrolisa dalam keadaan asam dan panas dan
berubah menjadi leuko. Senyawa leuko terbentuk kemudian mudah teroksidasi
menjadi pigmen zat warna bejana asal. Zat warna bejana larut termasuk zat warna
bejana dalam bentuk leuko dan memiliki gugus pelarut sehingga langsung dapat
digunakan tanpa harus dibuat menjadi leuko terlebih dahulu.
Diantara
sifat-sifat zat warna bejana larut adalah :
·
Merupakan
zat warna bejana yang telah tereduksi (Sudah dalam bentuk garam leuko) larut
dalam air.
·
Stabil
dalam larutan alkalis.
·
Mudah
terhidrolisa dalam suasana asam dan suhu tinggi à berubah dalam bentuk leuko.
·
Menghasilkan
warna muda (pastel).
·
Substantivitas
terhadap serat kecil sekali à mudah memberikan celupan rata.
·
Banyak
memerlukan garam.
·
Pencelupan
dilakukan dalam suhu rendah.
Setelah dipakai, sebelum dioksidasikan
gugus pelarutnya perlu dihidrolisa terlebih dahulu dalam larutan bersuasana
asam. Oleh karena itu pada pencelupan dengan zat warna bejana larut tidak
mungkin digunakan H2O2 atau Na2BO3
sebagai oksidatornya, karena oksidator tersebut tidak dapat bekerja dalam
suasana alkali. Untuk itu digunakan campuran NaNO2 sebagai oksidator
dan H2SO4 atau HCl untuk mengngaktifkan kerja NaNO2.
Zat warna bejana larut sangat mudah
memberikan celupan rata, sebab substansivitasnya terhadap serat kapas kecil.
Oleh karena itu pada waktu pencelupan memerlukan penambahan garam yang banyak
dan suhu yang rendah.
|
|
NaNO2 + H2SO4 Na2SO4 + 2 HNO2
2
HNO2 H2O
+ 2 NO + On
Reaksi
Oksidasi
D C – OH + On D C
O + H2O
Zat warna bejana larut à celup à hidrolisa à oksidasi.
Proses pembangkitan warna bejana larut
:
Gambar 3.1 Proses
Pembangkitan Warna Bejana Larut
v
Serat Kapas
Penampang
melintang dari serat kapas memiliki bentuk yang tidak beraturan yaitu seperti
ginjal. Bentuk penampang melintang seperti itu membuat hasil pewarnaan pada
permukaan memiliki daya kilap yang kurang, akan tetapi bentuk seperti itu
memberikan daya penutup kain yang lebih besar.
Gambar 3.2 Struktur
Molekul Serat Kapas
Gambar
diatas merupakan strukur molekul serat selulosa. Serat kapas memiliki gugus
hidroksil (OH) yang dapat menarik gugus hidroksil dari molekul lainnya dan
gugus hidroksil air. Serat yang mengandung banyak gugus hidroksil akan mudah
menyerap air sehingga serat tersebut memiliki moisture regain yang tinggi.
Dengan kemudahan molekul air terserap kedalam serat, menyebabkan serat mudah
menyerap zat warna yang berbentuk pasta atau larutan. Kekuatan serat kapas
dipengaruhi oleh kadar selulosanya dalam serat, panjang rantai, dan
orientasinya. Kapas mempunyai afinitas yang besar terhadap air. Moisture regain
kapas kondisi standar 7 – 8,5 %. Sifat kimia selulosa pada umumnya tahan
terhadap kondisi penyimpanan, pengolahan, dan pemakaian normal tetapi beberapa
zat oksidasi atau penghidrolisa menyebabkan kerusakan dengan akibat penurunan
kekuatan. Kerusakan karena oksidasi dengan terbentuknya oksi selulosa biasanya
terjadi dalam proses pemutihan yang berlebihan, penyinaran dalam keadaan lembab
atau pemanasan yang lama diatas suhu 1400C.
I.3 alat dan bahan yang digunakan
v
Pembuatan disain batik
· Pensil
· Penggaris
· Media
membatik (kain katun)
· Kertas
untuk mendisain
· Pola
disain/gambar
v
Proses pembuatan batik tulis
· Kompor
kecil
· Wajan
kecil
· gawangan
· Aneka
canting tulis
· Bangku
kecil
· Malam
batik
v
Proses pencoletan dan pencelupan
·
Aneka
jenis kuas
·
timbangan
·
Gelas
plastik
·
Karung
goni
·
Bak
celup
·
ember
·
Pengaduk
·
Zat
warna indigosol
·
NaCl
·
teepol
·
Air
·
HCl
·
NaNO3
v Pelorodan & pencucian
·
Panci
·
Kompor
·
Ember
·
Na2CO3
· sabun
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Diagram Alir Proses
Diagram alir proses pembuatan batik tulis
II.2
Skema Proses Pencelupan
Skema proses pencelupan dan fiksasi
Gambar skema proses
pelorodan dan pencucian
II.3 Resep Pencelupan dan Pencucian yang Dapat Digunakan
v Pewarnaan
colet
Zat
warna indigosol = 10
g
Air =
250 ml
Suhu =
30 0C
v Pencelupan
Zat warna
= 1-2
%
NaCl =
40-60 g/l
Vlot =
1:20
suhu =
300 C
v Pengoksidasian
HCl =
10 ml
NaNO2
=
5 g
Air =
4000 ml
Suhu = 30
oC
Waktu
=
5 menit
v Pelorodan
Na2CO3
=
40 g
Air =
4000 ml
Suhu =
100 0C
Waktu
=
10 menit
v Pencucian
Sabun (Sandopur) = 2 ml/L
Na2CO2 =
0,5 g/L
Air =
4000 ml
Suhu = 60
oC
Waktu = 30
menit
II.4 Fungsi Zat – Zat yang Digunakan
Zat
warna indigosol = zat warna yang
digunakan untuk mewarnai kain pada proses
Pembatikan
NaCl = mendorong
penyerapan zat warna
HCl =
menghidrolisis zat warna bejana larut agar menjadi asam leuko
NaNO2 =
mengoksidasi asam leuko zat warna bejana larut menjadi zat
warna bejana yang tidak larut
Na2CO3
=
membantu menghilangkan warna pada bahan dan memberikan
suasana alkali pada proses pencucian dan
sebagai zat untuk proses pelorodan
Sabun
= menghilangkan
kotoran dan zat warna yang tidak terfiksasi di
permukaan serat
II.5 Langkah kerja
Berikut ini akan dijelaskan
tentang langkah – langkah kerja dalam proses pembuatan batik tulis :
v Pembuatan
disain motif
Menggambar desain motif batik yang
akan dibuat dengan menggunakan pensil
v
Pembuatan batik tulis
·
Disain
motif tersebut kemudian ditutup malam dengan menggunakan canting tulis.
·
Pada
motif yang malamnya belum menembus kain, maka dilakukan proses nerusi/diterusi
agar malam menembus kain
·
Setelah
proses batik tulis selesai maka kain batik siap untuk diproses selanjutnya.
v
Pewarnaan (pencoletan)
·
Siapkan
beberapa buah gelas plastik untuk tempat zat warna.
·
Timbang
zat warna indigosol sesuai kebutuhan dan tuangkan kedalam gelas plastik.
·
Buat
larutan zat warna untuk mencolet dengan menambahkan air panas kedalam kedalam
gelas plastik.
·
Letakkan
kain yang sudah dibatik diatas kain/karung goni sebagai alas untuk mencolet.
·
Melakukan
proses pencoletan dengan menggunakan kuas.
·
Setelah
selesai dicolet, kain batik dijemur sampai kering.
v
Nembok
·
Melakukan
proses penutupan malam pada bahan yang telah dicolet atau bahan yang tidak
ingin terwarnai dengan warna dasar dengan menggunakan kuas atau canting tulis baik
permukaan depan atau belakang kain.
v
Pencelupan
·
Menyiapkan
alat dan bahan yang diperlukan
·
Timbang
zat sesuai resep yang diinginkan
·
Buat
larutan kemudian masukkan pada bak celup
·
Lakukan
proses pencelupan warna dasar dengan
menggunakan zat warna indigosol
·
Bahan
yang telah dicelup kemudian digantung atau disampirkan sampai kering.
v
Fiksasi zat warna
·
Siapkan
alat dan bahan yang diperlukan
·
Timbang
zat dan buat larutan fiksasi zat warna
·
Melakukan
proses fiksasi zat warna indigosol dengan larutan yang terdiri dari HCl dan
NaNO2 selama beberapa menit.
v
pelorodan
·
didihkan
air yang dibutuhkan
·
siapkan
bahan Na2CO3 sesuai resep
·
Kemudian
dilakukan proses nglorod dengan menggunakan air mendidih yang dicampur dengan
Na2CO3 untuk menghilangkan malam batik. Proses nglorod
berlangsung sampai seluruh malam hilang.
v
pencucian
·
siapkan
alat dan bahan yang diperlukan
·
timbang
zat sesuai resep dan buat larutan pencucian
·
lakukan
proses pencucian pada bahan sampai bersih.
·
Kemudian
keringkan
II.6 Diskusi atau Pembahasan
pada
proses pemalaman beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:
suhu pemanasan malam
suhu
pemanasan berpengaruh terhadap hasil motif yang akan dibuat. Jika suhu terlalu
tinggi maka lilin akan encer sehingga motif akan mlobor. Sedangkan jika suhu
terlalu rendah maka lilin tidak akan keluar dari canting atau mampet sehingga
tidak didapatkan motif.
Kebersihan canting dan kualitas dan
jenis canting
Sebelum dipakai, canting tulis harus
dibersihkan dahulu teruatama untuk bagian cerek atau ujung tempat keluarnya
lilin sehingga tidak ketika proses pemalaman lilin bisa keluar dengan lancar.
Sedangkan jenis lilin sebaiknya dibedakan antara canting untuk motif blokatau
besar, lilin untuk cerek atau motif kecil.
Jenis lilin
Campuran
lilin sangat erat kaitannya dengan sifat lilin itu sendiri. Seperti suhu leleh,
suhu beku, tahan air, tahan zat kimia. Karena lilin ini berfungsi sebagai zat
perintang warna maka lilin batik sebaiknya lilin yang tahan terhadap perlakuan
proses selanjutnya seperti lilin tahan zat kimia, tahan air, tidak mudah pecah
dsb. Sedangkan untuk proses nembok dengan proses klowong sebaiknya lilinnya
dibedakan.
Proses
selanjutnya adalah pewarnaan dengan cara pencoletan. Biasanya pencoletan
dilakukan pada bagian motif-motif tertentu saja (pecelupan sebagian), Proses
yang dilakukan hanya menyiapkan larutan zat warna yang digunakan didalam gelas
plastik/gelas aqua sebanyak masing-masing 10 gram ditambah air sebanyak 250 ml.
Selanjutnya dengan menggunakan kuas maka larutan zat warna ini dioleskan pada
motif pada permukaan kain. Pencoletan dilakukan sampai seluruh bagian kain
terwarnai. Beberapa warna motif ada yang mbleber/mblobor diluar motif karena
ukuran kuas yang digunakan tidak sesuai dengan besar kecilnya motif yang akan
diwarna (biasanya kuas berukuran besar padahal motif yang akan diwarnai
berukuran kecil). Untuk meminimalisir hal ini maka praktikan harus berhati-hati
dan sabar agar pewarnaan yang dihasilkan tidak keluar dari bagian motif yang
akan diwarnai.
proses
pencelupan dengan menggunakan zat warna indigosol. Yang perlu diperhatikan
dalam proses ini adalah ketuaan warnanya. Jika pada proses pencelupan
dihasilkan warna yang belum tua maka proses pencelupan dapat dilakukan
berulang-ulang sampai didapat hasil ketuaan warna yang maksimal.
Selanjutnya
hal yang sangat penting yaitu proses pelorodan.
Proses pelorodan dilakukan untuk menghilangkan malam yang menempel
pada bahan. Proses pelorodan ini sangat
bergantung pada jenis malam, suhu pelorodan, dan konsentrasi soda ash yang
digunakan. Semakin tinggi suhu dan semakin tinggi konsentrasi soda ash proses
pelorodan akan lebih cepat dan bersih. Proses pelorodan dapat dilakukan secara
berulang-ulang agar kain batik yang digunakan bersih.
hal
yang paling penting dan sering dilupakan adalah proses pencucian yang
kebanyakan tidak dilakukan oleh IKM sehingga kain batik yang dihasilkan
biasanya tahan lunturnya sangat jelek. Untuk memperbaikinya dapat dilakukan
dengan proses pencucian agar zat warna yang tidak terfiksasi dapat hilang
sehingga tahan luntur warnanya baik.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan diatas, untuk menghasilkan kain batik yang baik penulis dapat
mengambil kesimpulan. Diantaranya :
v
Proses
pembatikan mulai dari persiapan pembatikan sampai proses pelorodan harus
dilakukan dengan baik dan benar
0 comments:
Posting Komentar