Tweet |
I.
MAKSUD DAN
TUJUAN
Maksud : Memberikan warna pada kain nilon dengan
zat warna asam menggunakan dengan memvariasikan resep pencelupan untuk
mendapatkan hasil celupan yang rata, tahan luntur yang baik dan bersifat
permanent.
Tujuan : Membandingkan
hasil pencelupan dengan berbagai variasi celupan sehingga diperoleh hasil celupan yang paling baik.
II.
TEORI DASAR
A. NILON (Nilon
“66”)
Nilon yang dibuat dari asam adipat COOH(CH2)4COOH
dengan heksametilena diamina H2N(CH2)6NH2
disebut nilon 66, sebab asam dan diaminanya masing-masing mempunyai 6 atom
karbon. Nilon sejenis dapat dibbuat pula, misalnya heksametilena diamina dengan
asam sebasat HOOC(CH2)8COOH yang dikenal dengan nilon
610.
Poliamida (nilon) lain yang dikenal
sebagai nilon 6 dibuat dari kaprolaktan
Sejenis dengan nilon 6 dikenal dengan
nilon 7 dan nilon 11. selain poliamida alifatik, akhir-akhir ini diproduksi
pula poliamida aromatic yang terutama mempunyai sifat lebih tahan panas
disbanding poliamida biasa.
Serat nilon dibuat dengan tujuan yang
berbeda. Nilon untuk kepeluan industri mempunyai kekuatan yang sangat tnggi
dengan mulur yang kecil, sedang yang situnjukan pakaian mempunyai kekutan yang lebih
rendah sedang mulur yang lebih tinggi.
a.
kekuatan
dan mulur
Bergantung pada jenisnya nilon mempunyai
kekutan dan mulur berkisar dari 8,8 gram per denier dan 18 % sampai 4,3 gram
per denier dan 45 %. Kekutan besahnya 80-90 % kekutan kering.
b.
Tahan
gosokan dan tekukan
Nilon mempunyai tahan tekukan dan gosokan
yang tinggi. Tahan gosokan nilon ± 4 –
5 kali tahan gosokan wol.
c.
Elastisitas
Nilon selain mempunyai mulur tinggi (22
%), juga mempunyai elastisitas yang tinggi.. pada penarikan 8 % nilon elastisitas
100 %, dan pada penarikan sampai 16 %, nilon masih mempunyai elastisitas 91 %.
d.
Berat
jenis
Berat jenis nilon 1,14.
e.
Titik
leleh
Nilon meleleh pada suhu 263 0C
dalam atmosfir nitrogen, dan diudara meleleh pada suhu 250 0C. Oleh
karena itu titik lelehnya tidak begitu tinggi apabila suhu seterika terlalu
tinggi, seratnya akan menempel. Apabila suhu seterika lebih dari 180 0C
serat nilon mulai lengket dan apabila lebih dari 230 0C serat nilon
akan rusak. Nilon dalam pemanasan di udara pada suhu 150 0C selama 5
jam akan merubah kekuning-kuningan, tapi masih agak lebih baik dibandingkan
dengan wol dan sutera. Apabila dibakar nilon akan meleleh dan tidak membantu
pembakaran.
f.
Sifat
Kimia
Nilon tahan tehadap pelarut-pelarut dalam
pencucian kering. Nilon tahan terhadap asam-asam encer, tapi dengan asam
klorida peat mendidih selama bebarapa jam, aka terurai menjadi asam adipat dan
heksametilena diamonium hidroksida.
Nilon sangat tahan tehadap basa.
Pengerjaan dengan laritan NaOH 10 % pada
suhu 85 0C selama 10 jam hanya mengurangi kekuatan nilon sebanyak 5
%. Pelarut-pelarut yang biasa untuk melarutkan nilon adalah asam formiat,kresol
dan fenol.
g.
Sifat
biologi
Nilon tahan terhadap serangan jamur,
bakteri dan serangga.
h.
Moisture
Regain
pada kondisi
standard (HH 65 % dan suhu 21 0C) moisture regain nilon 4,2 %.
i.
Kilau
Sebelum penarikan nilon suram, tapi
setelah penarikan seratnya berkilau dan cerah. Apabila diinginkan serat yuang
agak suram kedalam campuran polimerisasinya ditambahkan titanium dioksida.
j.
Pengaruh
sinar
Nilon seperti serat tekstil lainnya akan
terdegradai oleh pengaruh sianr tapi ketahanannya masih jauh baik disbanding
sutera. Dalam penyinaran selama lebih dari 16 minggu, suteraberkurang
kekuatannya 85 %, nion biasa 23 %, nilon agak suram 50 % dan kapas hanya 18
%.
k.
Sifat
listrik
nilon merupakan isolator yang baik,
sehingga dapat menimbulkan listrik static.
Nilon dapat dicelup dengan zat warna yang
dapat mencelup wol dan sutera seperti zat warna asam dan kompleks logam. Zat
warna basa juga dapat dipergunkan untu mencelup nilon tapi tahan luntur
warnanya terhadap sinar dan pencuciannya jelek. Sedangkan zat warna direk,
belerang dan bejana afinitasnya terhadap nilon kecil. Selain itu nilon dapat
dicelup dengan baik mempergunakan zat warna disperse maupun disperse reaktif.
B. Zat Warna Asam
Zat warna asam adalah zat warna yang pada
proses pencelupannya mempergunakan asam
untuk membantu penyerapan zat warna, atau zat warna yang merupakan garam
natrium asam-asam organik dimana anionnya merupakan komponen yang berwarna.
Zat warna asam mempunyai afinitas terhadap
serat protein dan poliamida misalnya wol dan nylon. Beberapa zat warna asam
akan mencelup juga serat-serat selulosa karena bentuk dan dasar molekulnya hampir
serupa.
Struktur kimia zat warna asam
Struktur kimia zat warna asam menyerupai
zat warna direk, merupakan senyawa yang mengandung gugusan-gugusan sulfonat
atau karboksilat, sebagai gugus pelarut.
Menurut kimiawinya zat warna asam dapat
digolongkan sebagai berikut :
M.Golongan 1
Yakni zat warna asam derivat trifenilmetan
misalnya Xylene Blue VS ( C.I. Acid Blue )
C
|
NaO3S
|
SO3Na
|
+
N(C2H5)2
|
N(C2H5)2
|
M.Golongan 2
+
N (C2H5)2
|
SO3Na
|
O
|
C
|
(C2H5)2 N
|
SO3Na
|
M.Golongan 3
Yakni zat warna asam yang merupakan
senyawa-senyawa nitroaromatik, misalnya Naphtol Yellow 1 ( C.I. Acid Yellow 1 )
ONa
|
NO2
|
NaO3S
|
NO2
|
M.Golongan 4
Yakni zat warna asam yang merupakan
senyawa-senyawa Azo misalnya Azo-Garanine 2G ( C.I. Acid Red 1 )
NH.CO.CH3
|
CH
|
SO3Na
|
SO3Na
|
N=N
|
M.Golongan
5
C
|
N
|
C
|
N=N
|
SO3Na
|
HO. C
|
N=N
|
NaO3S
|
COOH
|
M.Golongan 6
NH2
|
O
|
NH2
|
O
|
OH
|
NaO3S
|
SO3Na
|
Menurut cara
pemakaiannya zat warna asam dapat digolongkan sebagai berikut :
h.Golongan 1 ( LEVELLING )
Yakni zat warna asam yang memerlukan asam
kuat dalam pencelupannya misalnya dengan asam formiat atau asam sulfat agar pH
larutan celup dapat mencapai 3,5 - 4,5 sehingga penyarapan zat warna lebih
besar. Zat warna golongan ini sering disebut zat warna asam terdispersi
molekuler atau zat warna asam celupan rata, yang pada umumnya mempunyai
ketahanan sinar yang baik tetapi ketahanan cucinya kurang.
h.Golongan 2 (SUPER MILING )
Yakni zat warna asam yang memerlukan asam
lemah dalam pencelupannya, misalnya asam asetat, untuk memperoleh pH antara 5,2
– 6,2. Penambahan elektrolit kedalam larutan celup akan memperbesar penyerapan
hingga sukar memperoleh celupan rata. Zat warna ini mempunyai sifat lebih mudah
membentuk larutan koloidal.
h.Golongan 3 ( MILLING )
Yakni zat warna asam yang tidak memerlukan
panambahan asam dalam pencelupannya. Pada temperatur rendah zat warna ini
terdispersi koloidal, meskipun pada temperatur mendidih akan terdispersi
molekuler.
Zat warna ini sering disebut zat warna asam
milling, zat warna asam celupan netral atau zat warna asam berkatahanan baik
III.
PRAKTIKUM
1.
Alat dan Bahan
û
Beaker 500 ml & pengaduk kaca
û
Termometer
û
Pipet volume 1 ml
& 10 ml
û
Gelas ukur 100 ml
û
Gelas piala 100 ml
û
Timbangan digital
û
Bunsen, kaki tiga, kasa
û
Kain Poliamida
2.
Diagram alir praktek
Poliamida bersih
|
Heat setting (180 0C
; 1 ‘)
|
Pencelupan Exhaust
|
Pencucian
|
Pengeringan
|
Evaluasi
|
3.
Resep
a.
Heat Setting
180 oC
; 1 menit
b.
Proses Pencelupan
Zat yang dipakai
|
Resep 1
|
Resep 2
|
Resep 3
|
Resep 4
|
ZW asam (%)
(Super Milling)
|
1
|
1
|
2
|
2
|
Asam asetat 30% (ml/L)
|
2
|
3
|
3
|
4
|
Perata anionik (ml/L)
|
1
|
1
|
1
|
2
|
Vlot
|
1 : 30
|
|||
Suhu ; Waktu
|
90 0C ; 20 menit
|
c.
Pencucian Sabun
*
Sabun :
1 ml/L
*
Na2CO3 : 0,5 g/L
*
Vlot 1 :
20
*
80 oC ; 10 menit
4.
Fungsi Zat
û ZW asam : untuk mewarnai bahan
û CH3COOH : memberi suasana asam pada proses
pencelupan.
û Perata : untuk menghambat penyerapan zat
warna agar pendistribusiannya menjadi rata.
û Sabun : untuk menghilangkan zat warna yang
menempel pada permukaan serat sehingga daya tahan luntur hasil pencelupan
tinggi.
û Na2CO3
: beri suasana alkali pada proses
pencucian
5.
Perhitungan resep
û Proses
Pencelupan
Ø RESEP 1
Berat
bahan = 3,03 g
ZW
asam = 1 % x 3,03 g = 0,0303 g
(diencerkan 1 g
dalam 100 ml) à dipipet 3,03 ml
Volume
larutan = 30 x 3,03 g ≈ 90,9 ml
As.asetat
30% = 2 ml/L x 90,9 ml = 0,2 ml
Perata
anionik = 1 ml/L x 90,9 ml = 0,1 ml
Ø RESEP 2
Berat bahan = 3,03 g
ZW asam = 1 % x 3,03 g = 0,0303 g
(diencerkan 1 g
dalam 100 ml) à dipipet 3,03 ml
Volume
larutan = 30 x 3,03 g ≈ 90,9 ml
As.asetat 30% = 3 ml/L x 90,9 ml = 0,3 ml
Perata
anionik = 1 ml/L x 90,9 ml = 0,1 ml
Ø RESEP 3
Berat bahan = 3,11 g
ZW asam = 2 % x 3,11 g = 0,0622 g
(diencerkan 1 g
dalam 100 ml) à dipipet 6,22 ml
Volume
larutan = 30 x 3,11 g ≈ 93,3 ml
As.asetat 30% = 3 ml/L x 93,3 ml = 0,3 ml
Perata
anionik = 1 ml/L x 93,3 ml = 0,1 ml
Ø RESEP 4
Berat bahan = 3,14 g
ZW asam = 2 % x 3,14 g = 0,0628 g
(diencerkan 1 g
dalam 100 ml) à dipipet 6,28 ml
Volume
larutan = 30 x 3,14 g ≈ 94,2 ml
As.asetat 30% = 4 ml/L x 94,2 ml = 0,4 ml
Perata
anionik = 2 ml/L x 94,2 ml = 0,2 ml
û Proses Cuci Reduksi
Berat bahan = (3,03 + 3,03 + 3,11 + 3,14) g
= 12,24 g
Volume larutan = 20 x 12,24 g ≈ 244,8 ml
Sabun = 1 ml/L x 244,8 ml = 0,25 ml
Na2CO3 = 0,5
ml/L x 244,8 ml = 0,12 ml
6.
Skema Proses
Perata
Asam
|
90 0C
|
30 0C
|
10 I
|
60 0C
|
20 I
|
10 I
|
20 I
|
20 I
|
5 I
|
ZW
|
Asam
|
80 0C
|
30 0C
|
20 menit
|
10 menit
|
5 menit
|
Sabun
Na2CO3
|
7.
Cara kerja
1)
Timbang bahan
dan kebutuhan zat
2)
Masukkan
perata anionik, asam (sebagian dari yang dibutuhkan) serta bahan dalam gelas
ukur 100 ml, lalu aduk-aduk agar pembasahan merata selama 10 menit
3)
Masukkan ZW
dalam larutan celup sambil mengangkat bahan agar ZW tidak langsung mengenai
bahan.
4)
Panaskan
larutan celup secara perlahan dan kelajuan suhu tetap sedemikian hingga
mencapai suhu 60 0C selama 20 menit.
5)
Saat mencapai
suhu 60 0C, masukkan asam (sebagian yang lain sehingga jumlah asam
yang dimasukkan sama dengan kebutuhan berdasarkan resep).
6)
Aduk larutan
agar pewarnaan merata, dengan tetap pertahankan suhu 60 0C selama 10
menit.
7)
Panaskan
larutan celup secara perlahan dan kelajuan suhu tetap sedemikian hingga
mencapai suhu 90 0C selama 20 menit.
8)
Aduk larutan
agar pewarnaan merata, dengan tetap pertahankan suhu 90 0C selama 20
menit.
9)
Matikan
pemanas, biarkan larutan mendingin selama 5 menit.
10) Bilas, lalu lakukan prose pencucian pada suhu 80 0C
selama 10 menit.
11) Keringkan
12) Evaluasi.
0 comments:
Posting Komentar