Tweet |
“Aaaaahhh…” pekikku setelah mendapati diriku terjatuh dari kasurku. Rasa sakit ditanganku akibat menahan badan memaksaku terbangun. Haaa..baru jam 2 pagi. Jadi aku baru tertidur sejam yang lalu, dan kini aku kembali terbangun gara-gara mimpi buruk dan membuatku terjatuh. Akupun menggerutu sendiri dan mengumpat tak karuan. Dari semalam aku susah untuk memejamkan mataku. Ini semua pasti gara-gara aku terlalu memikirkan kejadian semalam. Rara.. yah Rara ungkapannya semalam membuatku terus memikirkannya. Aku masih mengingat jelas perbincangan kami semalam disebuah café & resto itu..
“Rara, aku tahu kamu masih begitu
sulit untuk melupakan
mantan kekasihmu itu, tapi tidakkah kamu sedikit ingin membuka pintu
hatimu, agar aku bisa membuktikan rasa yang seharusnya kamu rasakan!” Aku
mencoba meraih tangan mungilnya yang segera di
tepisnya.
tepisnya.
“Rendy, Please jangan buat
aku mengingatnya lagi! Itu hanya akan membuat peluang aku membuka pintu
hatiku untukmu jadi berkurang!!” Terlihat raut wajah Rara tampak tak suka
dengan ucapanku barusan.
“Maaf.. maaf Ra, bukan
maksud aku seperti itu, aku sedang terbawa perasaan. Aku hanya ingin jujur
tentang rasa yang aku pendam sejak 1 tahun yang lalu padamu!” Kataku lirih
namun tak sekejappun aku palingkan wajahku dari wajahnya.
“Iya Rendy, aku tahu rasa itu.
Sikap yang kamu tunjukkan padaku pun bukannya ku tak tahu.!” Aku semakin
tajam menatap kedua matanya, mencari dan mencari sambil berharap akankah ada
sedikit rasa yang tersisa untuk namaku di dalam lubuk hatinya. Sejenak
hening. Suasana café malam itu sedikit ramai dari biasanya. Lampu dinding yang
dihias cantik di seluruh sudut sudut café begitu mempesona, membuat
suasana di dalam café itu mendadak menjadi tempat yang romantis bagi
mereka-mereka yang sedang merajut cinta. Yaah besok tgl 14 februari
Valentine days. Hari spesial katanya, yah kata mereka tapi tidak bagiku.
“Lalu..apakah aku salah jika
malam ini aku ingin mengucapkan kata Cin…” Aku belum sempat melanjutkan ucapanku yang segera dipotong Rara.
“Stop Rendy…jangan jangan katakan sekarang!”
“Lalu kapan? Apakah setelah rasaku sampai pada titik jenuh? Atau rasamu
yang kau berikan bukan untukku? “ Nada bicaraku sedikit meninggi
“Rendy jaga sikap dan bicaramu, apakah rasamu padaku akan sampai pada
titik jenuh? Hanya sebatas itu rasamu?” Aku merasa malu dan merasa
bersalah atas ucapanku barusan, akupun terdiam.
“Rendy besok adalah Valentine days! apakah kamu pernah
menyatakan perasaanmu pada seorang wanita di hari Valentine ?” Aku hanya menggeleng dan tak
mengerti apa arah pembicaraan Rara. Rara bangkit dari kursinya, dan segera
berlalu tanpa menghiraukanku. Aku hanya termangu dan membiarkannya berlalu dari
hadapanku. Yaaah kejadian inilah yang membuatku sulit tidur malam ini. Tanganku
masih terasa sakit. Kunyalakan laptopku. Seperti biasa update status di
facebook. AKU MENCINTAIMU DAN INGIN TERUS MENYAYANGIMU BUKAN HANYA
SEBATAS VALENTINE DAYS. Yah seperti itulah status terbaruku, lalu aku
berusaha kembali untuk memejamkan mataku.
Dalam lelapnya tidurku aku
merasakan ada tangan mungil yang sedang menggoyang tubuhku. Aku tahu itu
pasti Arjun ponakanku. Kubuka mataku dan memberikan senyuman padanya. Arjunpun
segera beranjak naik ke tempat tidurku, tingkah lakunya membuatku geli. Kulihat
jam tanganku yang belum sempat kucopot semalam. Wooh ternyata sudah sudah jam
10 pagi. Aku mengelus-mengelus rambut Arjun aku tahu pasti ada sesuatu yang
akan dikatakannya padaku seperti biasa dia bercerita.
“Om.., Om aku benci Valentine!” Katanya dalam bahasa anak-anak yang
masih kurang jelas. Aku terperanjat kaget dengan kalimat yang baru keluar dari
mulutnya. Apa-apaan ini, sebegitu hebatnyakah Valentine itu hingga anak sekecil
ini pun tahu.
“Haaaaaa…kok kamu tahu Valentine?” tanyaku keheranan.
“Yaaah Om aku tahu donk, soalnya dia temenku. Aku benci benci ma
Valen soalnya dia suka ngerebut mainan aku di sekolah..!” Jawabnya polos.
Akupun tertawa dibuatnya. Ternyata Valentine yang dia maksud itu adalah nama
temannya. Dan akupun tidak dapat menahan kegelianku, Arjunpun tertawa
terbahak-bahak meski aku tahu dia tak mengerti mengapa aku tertawa.
Siang itu sikapku terlihat aneh oleh seisi rumahku. Entah berapa lama aku
berdiam diri, duduk, bolak balik berjalan kesana sini diteras rumahku.
Aku terus memikirkan sikap dan kata-kata yang terucap dari bibir Rara semalam.
Apa maksud dari perkataan dia, apakah kamu pernah menyatakan perasaanmu
pada seorang wanita di hari Valentine ?. Aku terus memutar otakku
mencari jawaban yang memenuhi kepalaku. Lalu….Yesssssss pekikku hampir teriak
dan membuat orang yang sedang berlalu di depan rumahku memandang
aneh padaku. Yah aku sudah mengerti maksudnya, pasti dia ingin aku
menyatakan cinta padanya hari ini, yah tepat di hari Valentine ini. Akupun
berpikir keras apakah aku harus melakukan hal ini. Sementara jauh dalam lubuk
hati kecilku terjadi pertentangan bathin. Aku tidak suka tentang valentine
days. Sejak dulu hingga kini, aku tidak pernah suka. Tapi apakah aku harus
mengorbankan prinsip yang telah aku pegang teguh hingga kini, dan kutukar
dengan rasa cinta yang menggebu-gebu pada gadis yang bernama Rara itu.
Haruskah??? Pertanyaan ini menguasai diriku dan belum mampu kujawab
setidaknya saat ini. Waktu terus berlalu. Detik demi detik berlalu begitu
cepat. Setelah sholat maghrib akupun bersiap-siap untuk mendatangi Rara
dirumahnya. Setelah semua kesiapan mental yang kuhadirkan pada diriku akupun
melajukan motor bututku menuju rumah Rara, tak lupa pula aku mampir untuk
membeli bunga mawar. Supaya lebih romantis pikirku.
Rara menatap tajam padaku ketika melihatku telah berdiri di depan pintu
rumahnya. Aku memang sengaja tak memberi tahunya kalau aku akan datang.
Rara tampak begitu cantik malam ini. Tapi dia sama sekali tidak berdandan
layaknya anak muda yang akan pergi kesuatu tempat merayakan Valentine days. Aku
berusaha menguasai diriku dan mencoba tenang. Aku berusaha tersenyum dan senyum
yang menurutku paling manis yang aku berikan padanya malam ini. Rarapun
tersenyum. Senyuman yang begitu indah yang tak pernah aku temukan sebelumnya.
Hatiku sedikit lega. Rara mengajakku untuk duduk di teras rumahnya. Aku
kemudian mengeluarkan bunga Angrek dari kantong plastik hitam, yang sedari tadi
kutenteng. Yaaahh aku hanya bisa tersipu, ketika Rara memandangiku dengan
sedikit aneh. Namun aku tidak malu, bagiku ini adalah cara seorang pria yang
berbeda dari pria manapun yang pernah dikenalnya.
“ Rara ini untuk kamu.” Kataku sambil memberikan Anggrek merah itu.
“Makasih yah, aku surprise banget loh. Ternyata kamu romantis juga yah
orangnya, tapi untuk apa semua ini kamu lakukan Rendy?” Tanya Rara yang
membuatku sedikit gugup. Aaaah Rara masihkah kau mempermainkan rasaku ini. Aku
berusaha menguasai emosi jiwaku yang meledak-ledak.
“Rara…Aku Aku sangat mencintai kamu, aku ingin menjadi kekasihmu meski aku
tahu rasa yang tersisa untukku saat ini di hatimu tak sebesar rasaku padamu,
Aku tulus!"
“Rendy mangapa harus malam ini kau ungkapkan rasamu padaku? Apakah
karena hari ini adalah valentine days?” Aku sedikit kaget dengan pertanyaannya.
Bukankah ini yang di inginkannya pikirku.
“Rara..bukankah kamu menginginkan semua ini? Ini khan yang kamu mau?
Aku menyatakan cinta padamu di hari kasih sayang( Valentine Days)? Bener khan?
Meski jujur aku tidak suka valentine days, bagiku hari kasih sayang itu
tak pernah ada dan aku mencintaimu dan ingin terus menyayangimu bukan hanya
sebatas Valentine days saja.” Kataku dengan lirih sambil menggenggam tangannya.
“ Rendy...jangan katakan cintamu padaku ala valentine days, aku sama sekali
tidak suka!”
”Rara aku aku...”
”Rendy...asal kamu tahu valentine days itu adalah hari yang paling aku
tidak suka, alasan aku jelas tidak sesuai dengan ajaran agama kita !” Tampak
jelas di wajah Rara luapan emosi seiring dengan nada bicaranya yang sedikit
tinggi. Aku semakin kalut. Namun akupun sedikit lega karena ternyata kami sama
dalam satu prinsip, we dont like valentine days.
”Rara maafin aku kalo cara aku ini salah
dimatamu. Tapi asal kamu tahu akupun sama sekali tidak suka valentine days
prinsip kita sama. Tadinya aku pikir kamu berharap aku menyatakan cintaku di
hari valentine, ternyata aku salah!”
“Rendy…,” Rara menatap tajam padaku. Kamu tak
perlu minta maaf , kamu sama sekali tidak salah aku yang minta maaf karena aku
menguji cinta kamu dengan cara seperti ini. Tapi,siang tadi aku sudah tahu
jawabannya bahkan sebelum kamu datang kesini.”
“Maksud kamu apa Ra?” Tanyaku sedikit bingung.
”Tadi siang aku buka Faceebok dan baca status kamu, aku terharu dan
sekarang tidak ada alasan lagi untuk aku menolak ketulusan cinta kamu!” Rara
mengenggam erat tanganku, matanya berkaca-kaca. Mendengar semua ini sepertinya
aku ingin teriak. Teriak karena rasa senang dan bahagia yang begitu saja hadir
membakar sukmaku. Dengan terbata-bata akupun berkata..
”Ja..Jadi kamu benar benar mau menerima aku sebagai ke..keka..” Jari mungil
Rara segera menutupi bibirku memaksaku terdiam. Lalu kepala Rara perlahan
mengangguk sembari melemparkan senyuman manis yang hadir diantara air matanya
yang mengalir perlahan pada kedua pipinya. Yaaah aku yakin itu adalah air mata
bahagia, akupun tak kuasa menahan keharuanku. Kuseka air matanya. Lalu kudekap
erat tubuhnya dan akupun setengah berbisik padanya.
”Rara sayang cintaku padamu tak mengenal batas waktu, tak kan ada
kata valentine days! Dan cinta kita bukan karena valentine days ini!” Aku dan
Rara saling melempar senyum. lalu sambil tertawa bersama kami
mengatakan, good bye valentine days.
===================================================================
0 comments:
Posting Komentar