Minggu, 13 November 2011

PENYEMPURNAAN ANTI BAKTERI PADA KAIN KAPAS DAN POLIESTER DENGAN RESIN ANTI BAKTERI NICCANON RB DAN SANITIZED




1.      MAKSUD DAN TUJUAN
1.1.        MAKSUD
Melakukan penyempurnaan anti bakteri pada kain kapas dan poliester dengan menggunakan resin Niccanon RB dan Sanitized (khloro fenoksi) agar diperoleh benang dan kain yang bersifat terlindungi dari pertumbuhan mikroorganisme dan melakukan evaluasi hasil penyempurnaan berdasarkan anti bakteri.

1.2.         TUJUAN
Mempelajari prinsip proses penyempurnaan anti bakteri pada kain kapas dan poliester, menjaga bahan tekstil dari serangan mikroba, mencegah timbulnya bau pada kain yang disebabkan oleh mikroorgan­isme dan mengetahui perbedaan hasil anti bakteri dengan menggunakan variasi resep dan zat anti bakteri yang berbeda, serta melakukan pengujian anti bakteri pada kain yang telah diresin dan kain blanko untuk diketahui sifat anti bakterinya.

2.      TEORI DASAR
2.1.        SERAT KAPAS
Kapas sebagian besar tersusun atas selulosa maka sifat sifat kimia kapas adalah sifat sifat kimia selulosa. Serat kapas pada umumnya tahan terhadap kondisi penyimpanan, pengolahan, dan pemakaian yang normal tetapi beberapa zat pengoksidasi atau penghidrolisa menyebabkan kerusakan berupa penurunan kekuatan. Asam asam menyebabkan hidrolisa ikatan-ikatan hidrolisa dalam rantai selulosa membentuk hidroselulosa. Asam kuat dalam larutan meyebabkan degradasi yang cepat, sedangkan larutan yang encer apabila dibiarkan mengering pada serat akan menyebabkan penurunan kekuatan. Alkali mempunyai sdikit pengaruh terhadap kapas, kecuali alkali kuat dengan konsentrasi tingi menyebabkan penggelembungan yang besar pada serat, seperti proses merserisasi.




Struktur kimia
Analisa serat kapas menunjukkan bahwa serat kapas terutama tersusun atas selulosa. Selulosa merupakan polimer linier yang tersusun dari kondensasi molekul-molekul glukosa. Derajat polimerisasi selulosa pada kapas terdiri dari:
Ë selulosa                       : 94,0%
Ë proteina                       : 1,3%
Ë pektat                          : 1,2%
Ë lilin                               : 0,6%
Ë abu                              : 1,2%
Ë pigmen dan zat lain     : 1,7%

Apapun sumbernya derivat selulosa secara prinsif memiliki struktur kimia yang sama. Hal ini bisa terlihat pada analisa hidrolisis, asetolisis dan metilasi yang menunjukan bahwa selulosa pada dasarnya mengandung residu anhidroglukosa. Subsequent tersebut menyesun molekul glukosa(monosakarida) dalam bentuk  β-glukopironase dan berikatan bersama-sama yang dihubungkan pada posisi 1 dan 4 atom karbon molekulnya. Formula unit pengulanganya menyerupai selobiosa (disakarida) yang kemudian membentuk selulosa (polisakarida).

Sifat – sifat Serat kapas
Sifat Fisika
Ë Warna
Warna kapas tidak betul -  betul putih, biasanya sedikit kream. Warna kapas  akan makin tua setelah penyimpanan selama 2-5 tahun. Karena pengaruh cuaca yang lama, debu dan kotoran, warna kapas akan keabu – abuan strsnya sampai 1,50 – 1,56.
Ë Kekuatan
Kekuatan kapas dipengaruhi oleh kadar selulosa, panjang rantai, dan orientasinya. Kekuatan serat kapas per bandel rata-rata 96700 pound per inchi ² dengan minimum 70000 dan maksimum 116000 pound per inchi².
Ë Mulur
Mulur saat putus serat kapas termasuk tinggi, kira-kira dua kali mulur ram. Mulur rata-rata serat kapas 7%
Ë Keliatan (Toughness)
Keliatan serat kapas relatif tinggi. Sutera dan wol relatif lebih tinggi.
Ë Kekakuan (Stiffness)
Kekakuan dipengaruhi berat molekul, kekakuan rantai selulosa, derajat kristalinitas dan terutama derajat orientasi rantai selulosa.
Ë Moisture Regain
Moisture Regain serat kapas berfariasi tergantung kondisi serat.
Ë Berat Jenis
Berat jenis serat kapas 1,5-1,56
Ë Indeks Bias
Indeks Bias serat kapas sejak sumbu serat 1,58, indeks bias melintang sumbu serat 1,53.

Sifat Kimia
Kapas sebagian besar tersusun atas selulosa, maka sifat-sifat kimia kapas pada umumnya tahan terhadap kondisi penyimpanan, pengolahan dan pemakaian yang normal. Beberapa zat pengoksidasi dan penghidrolisa akan merusak kapas sehingga kekuatannya menjadi turun. Kerusakn karena oksidasi dengan terbentuknya oksi selulosa, biasanya terjadi pada pengelantangan yang berlebihan, penyinaran dalam keadaan lembab atau pemanasan yang lama pada suhu diatas 140°C .

Asam- asam menyebabkan hidrolisa ikatan-ikatan glukosa dalam rantai selulosa membentuk hidroselulosa. Asam kuat menyebabkan degredasi yang cepat, larutan encer menyebabkan penurunan kekuatan. Alkali kuat dengan konsentrasi tinggi menyebabkan penggelembungan yang besar pada serat. Untuk menahan penggelembungan serat kapas keluar sehingga lumennya tertutup, irisan lintang menjadi lebih bulat, puntirannya berkurang dan serat menjadi lebih berkilau sehingga dilakukan mercerisasi. Denagn hal itu, kapas menjadi lebih kuat dan afinitas terhadap zat warna menjadi lebih kuat. Kapas mudah diserap oleh jamur dan bakteri terutama pada keadaan lembab dan pada suhu yang hangat.
                                                                                                                                  
2.2.        SERAT POLIESTER
Serat poliester merupakan suatu polimer yang mengandung gugus ester dan memiliki keteraturan struktur rantai yang menyebabkan rantai-rantai mampu saling berdekatan,sehingga gaya antar rantai polimer poliester dapat bekerja membentuk struktur yang teratur. Poliester merupakan serat sintetik yang bersifat hidrofob karena terjadi ikatan hidrogen antara gugus – OH dan gugus – COOH  dalam molekul tersebut.Oleh karena itu serat polierter sulit didekati air atau zat warna.Serat ini dibuat dari asam tereftalat dan etilena glikol.




Reaksi pembentukan polyester

Sifat polyester
Sifat fisika
Ë Elektrostatik
Serat poliester sangat menimbulkan elektrstatik selama proses. Selain itu kain poliester bila bersentuhan dengan kulit akan menyebabkan timbulnya listrik statis. Oleh karena itu perlu ditambahkan sifat anti statik pada serat poliester
Ë Berat jenis
Berat jenis polyester adalah 1,38 g/cm3.
Ë Kekuatan tarik dan mulur
Kekuatan tarik serat polyester sekitar 4.5 – 7.5 g/denier, sedangkan mulurnya berkisar antara 25 % sampai 75 %.
Ë Morfologi
Serat poliester berbentuk silinder dengan penampang melintang bulat.
Ë Moisture Regain
Pada kondisi standar, yaitu RH 65 ± 2 % dan suhu 20 oC ± 1 % moisture regain serat polyester hanya 0.4 % sedangkan RH 100 % moisture regainnya  mencapai 0.6 % - 0.8 %



Ë Derajat kristalinitas
Derajat kristalinitas adalah faktor penting untuk serat poliester,karena derajat kristalinitas serat sangat berpengaruh pada serap zat warna ,mulur, kekeuatan tarik,stabilitas dimensi, serta sifat-sifat lainya.
Ë Pengaruh panas
Serat poliester tahan terhadap panas sampaipada suhu 220 oC, diatas suhu ini akanmwemepengaruhi kekuatan, mulur, dan warnanya menjadi kekuningan. Suhu 230-240 oC menyebabkan poliester melunak, suhu 260 oC menyebabkan poliester meleleh.
Ë Sifat Elastis
Poliester memiliki sifat elastisitas yang baik dan ketahanan kusut yang baik.

Sifat Kimia
Ë Ketahanan terhadap asam dan alkali
a.   Polister tahan terhadap alkali lemah, tapi kurang tahan terhadap alkali kuat akan menghidrolisa esternya.
b.   Polyester tahan terhadap asam lemah meskipun pada suhu tinggi dan tahan terhadap asam kuat pada suhu rendah.
Ë Titik leleh polyester pada suhu 2500C dan tidak menguning pada suhu tersebut.
Ë Zat organik, beberapa zat organic akan melarutkan polieter antara lain metakresol, asam triflouroasetat–klorofenil dan campuran triokhlorofenol dengan fenol dan campuran tetra kloro etana dengan fenol.

2.3.        PENYEMPURNAAN ANTI BAKTERI
Penyempurnaan anti mikroba bertujuan untuk menjaga bahan tekstil dari serangan mikroba, mencegah timbulnya bau pada kain yang disebabkan oleh mikroorgan­isma dan bahkan dapat memberikan efek penyembuhan pada luka. Aplikasinya ditemukanterutama pada bidang medis karena bidang ini membutuhkan bahan tekstil yang mempunyai kemampuan mematikan bakteri untuk membantu mem­buat lingkungan yang steril. Penerapan pada bidang lain, seperti pakaian seragam, perhotelan, atau kain-kain untuk restoran, hanya membutuhkan efek bakteriostatis untuk mengontrol bau. Demikian pula pada tekstil interior dan aparel, seperti pakaian olahraga (active wear), sprei, pakaian dalam, karpet, dan sebagainya menggunakan anti bakteri untuk mengontrol bau.

Pada prinsipnya, penyempurnaan anti mikroba pada kain bekerja dengan menghambat pertumbuhan mikroorganisma. Istilah bakteriostatik mempunyai arti menghambat pertumbuhan bakteri, sedangkan bakterisida mempunyai arti dapat mematikan bakteri.

Efek bakteriostatik bertujuan untuk:
§  mencegah penularan dan perkembangbiakan (propagation) mikroorganisma patogen (faktor higienis).
§  mengurangi bau yang kurang sedap akibat degenesari bakteri.
§  mencegah hilangnya nilai pakai akibat rusaknya serat oleh bakteri.

Manusia telah menggunakan zat anti bakteri sejak jaman dahulu, hal ini terbukti pada  mumi dari Mesir dan pada kebudayaan lain yang mengaplikasikan efek anti bakteri ini. Tentunya kebutuhan sifat bakteriosatatik, bakterisida, fungistatik, dan fungisida pada tekstil sampai saat ini masih sangat penting. Zat anti mikroba, pada prinsipnya mengandung fenol aktif, garam amonium kuartener, dan senyawa logam-organik (Hg). Berbagai cara, baik kimia maupun fisika, dapat dikerjakan untuk mendapatkan kain yang bersifat anti bakteri. Pada prakteknya, efek anti mikroba diperoleh dengan menambahkan produk kimia tertentu pada tahap proses penyempurnaan, atau bahkan melalui pencampuran zat kimia tertentu kedalam serat pada proses pemintalan.

Cara Pengerjaan Anti Bakteri

Ada beberapa cara pengerjaan anti bakteri, yaitu:
·      Penambahan zat bakterisida kedalam larutan pemintalan pada tahap ekstrusi seperti Triklosan (2,4,4-hidrofeniltrikloro(II)eter) yang merupakan golongan anti septik dan desinfektan. Triklosan adalah turunan fenol yang mengandung halogen, biasanya digunakan pada kosmetik dan pasta gigi. Triklosan mempunyai bekerja secara luas dalam melawan bakteri gram-negatif dan gram-positif. Senyawa ini mengandung akarisida benzil benzoat yang juga berperan melawan kuman-kuman dan digunakan dalam formula akarisida (dalam bentuk spray atau bubuk) juga dalam larutan untuk perawatan scabies. Senyawa ini tidan beracun. Benzil benzoat adalah akarisida yang bekerja secara kimia langsung melawan kuman.
·      Metoda lain untuk memprodukasi serat anti mikroba dan anti jamur diadopsi dari perusahaan Inggris, yaitu serat Stay Fresh yang memanfaatkan perak dan silika. Kedua zat ini bila kontak dengan air atau kelembaban akan menahan pertumbuhan populasi bakteri pada karpet, kain, furnitur, matras, dan kasur linen dengan memutus sumber nutrisii juga aman, tidak beracun dan anorganik, karena mereka mengklaim serat ini dapat mengontrol kuman dan jamur, mencegah pertumbuhan bakteri seperti Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.
·      Modifikasi melalui pencangkokan (grafting) atau dengan reaksi kimia lain. Institut Tekstil Perancis di Ecully telah mengembangkan biotekstil. Dalam produk ini rantai molekulnya mengandung zat antiseptik yang dicangkokan pada polimer dasar dari kain mentah. Polimer dasar diaktifkan melalui sinar-sinar elektronik dan pada prosesnya polimer-polimer diputar (refracted) ke posisi yang diinginkan yang kedalamnya dimasukkan molekul cangkok pertama. Rantai polimer yang tumbuh secara lateral dari molekul pertama menyebabkan kain menjadi anti bakteri. Dalam keadaan kontak langsung, kain ini beraksi dengan cepat melawan bakteri dan sifat anti bakterinya tetap ada setelah pencucian.
·      Pencampuran serat
·      Memberikan zat penyempurnaan tekstil. Melalui pemanasan atau kondensasi, zat ini digabungkan kedalam produk penyempurnaan polimer dan resin yang akan menempel pada bahan tekstil.

Tabel 13.1 Golongan Zat Kimia yang Dapat Digunakan Sebagai Zat Anti Mikroba
Anti mikroba
Zat Kimia
Anilin
3,4,4-triklorokarbanilin
Fenol
Biozol, thymol, garam natrium alkilenabisfenol
Guanidin
1,1-exametilena sampai 5-(4-klorofenil) diguanida diglukonat; diguanida poliexametilena hidroklorida
Imidazol
2(4-tiasolil)benzimidazol, benzotiazol
Senyawa anorganik
perak zeolit, titanium oksida, perak silikat, perak sulfonat, fero ftalosianat, tembaga sulfat
Produk alami
Glukosan, propolis, hinokikiol
ZAP/Surfactant
kloruro di poliossilalkiltrialkilamonio - organik silikon dengan garam amonium tersier, okta-desilidimetil(3-trimetoksipropil, ammonium klorida). Garam amonium tersier: didesilmetilamonium, exadesil peridium, setil dimetilbenilamonium, polioksilalkiltrialkilamonium

Secara umum mekanisme anti bakteri oleh zat anti bakteri adalah sebagai berikut:
·      Menghalangi pembentukan dinding sel
·      Menghalangi pembentukan membran sel (phosphatide)
·      Menghalangi reproduksi DNA
·      Menghalangi metabolisme energi dari enzim
·      Menghalangi pembelahan sel, dan sebagainya.

Zat anti bakteri akan menghancurkan struktur membran dan fungsi dari bakteri, menghambat pembelahan-diri suatu bakteri (inducing self-dissolution), dan akhirnya menghalangi proses respirasi bakteri.

Asumsi 1:




Asumsi 2:


Mekanisme efek anti bakteri dari zat anti bakteri dari golongan amonium kuartener dapat dijelaskan dengan asumsi seperti pada gambar di atas. Salah satu contoh zat anti mikroba yang banyak digunakan di industri adalah  Sanitized® T 96-02, yaitu suatu zat anti mikroba yang dapat menghambat perkem­bangan gram positif dan gram negatif bakteri. Produk ini bekerja menghambat proses metabolisme mikroorganisme yang tidak diinginkan sehingga dapat menghentikan pertumbuhan dan reproduksinya.

Karakteristik:
Bentuk
:
Larutan tak berwarna sampai kekuning-kuningan
Komposisi
:
Senyawa fenoksi dihalogenasi
Sifat ion
:
Non-ionogenik
pH
:
6,2 – 8,2 (20°C, 50 g/L)
Kelarutan
:
Dapat dicampur dengan cara diaduk dengan air hingga larut, dispersi putih.

Keuntungan:
·      Tahan lama dalam hal higienis dan kenyamanan pakai yang optimal
·      Tahan terhadap pencucian, cahaya, dry cleaning, setrika dan penguapan.
·      Mencegah perkembangan bakteri penyebab bau
·      Kompatibel dengan produk lain seperti resin, binder, fluorokarbon, dan zat penyempurnaan lainnya.
·      Kompatibel dengan Oeko-Tex Standard 100

3.      PERLAKSANAAN PERCOBAAN
3.1          ALAT DAN BAHAN
Alat-alat yang digunakan :
Bahan yang digunakan :
·            Gelas piala 500 ml
·            Gelas ukur 100 ml
·            Pipet volum
·            Pengaduk
·            Nampan plastik
·            Kompor gas
·            Timbangan digital
·            Mesin stenter
·            Mesin padder
·            Alat uji anti bakteri
·           Kain kapas
·           Kain poliester
·           Niccanon RB
·           Sanitized
·           Melamin resin (Turpex ACN)
·           Katalis













3.2          DIAGRAM ALIR


 


















3.3          RESEP PERCOBAAN
Larutan penyempurnaan anti bakteri
Resep
%
Niccanon RB
1
2
2
2
Sanitized
1
2
2
2
Melamin resin (Turpex ACN)
-
-
0,2
0,3
Katalis (dekatalist)
-
-
0,1
0,1
WPU                  = 70 %
Pre drying          = 100 0C ; 2 menit
Curing                = 170 0C ; 1 menit

Tabel pembagian resep penyempurnaan tahan api :
Bahan

Niccanon  RB
Sanitized
Konsentrasi (%)
1
2
2
2
1
2
2
2
Turpex ACN (g/L)
-
-
0,2
0,3
-
-
0,2
0,3
Dekatalist (g/L)
-
-
0,1
0,1
-
-
0,1
0,1
Poliester
Absen ke-
9
11
13
-
10
12
14
-
Kapas
1
3
5
7
2
4
6
8


3.4          FUNGSI ZAT
Niccanon RB                   = resin anti bakteri yang berfungsi untuk melindungi
bahan tekstil dari pertumbuhan mikroorganisme   
dengan mekanisme mengikat bau yang ditimbulkan 
oleh bakteri
Sanitized                         = resin anti bakteri berupa khloro fenoksi yang
   berfungsi untuk melindungi bahan tekstil dari
   pertumbuhan mikroorganisme dengan mekanisme
   mengikat bau yang ditimbulkan oleh bakteri
Turpex ACN                     = melamin resin dari dengan gugus kimia polietilena
yang merupakan senyawa untuk menangkap  
 formaldehide bebas yang tidak ikut berpolimerisasi
Dekatalis                          = katalis dari jenis garam asam yang banyak
digunakan pada penyempurnaan resin,  
menghasilkan HCl untuk   memberi suasana asam
dalam polimerisasi resin anti bakteri
Teepol                              = menghilangkan kotoran pada kain
Na2CO3                            = memberikan suasana alkali pada pencucian,
                                            membantu menghilangkan sisa-sisa zat kimia yang
                                            menempel pada permukaan kain

3.5          SKEMA PROSES


 









3.6          PERHITUNGAN RESEP
Larutan Penyempurnaan Anti Bakteri (Resep Ke 11)
Jumlah larutan                             = 200 ml (untuk 2 kain)
Niccanon RB                              = 20 g/1000 ml x 200 ml = 4 g

3.7          CARA KERJA
·           Menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang akan digunakan dalam proses penyempurnaan anti bakteri.
·           Melakukan uji anti bakteri pada kain blanko sebagai pembanding.
·           Menghitung dan menimbang kebutuhan zat-zat kimia berdasarkan resep yang telah ditentukan untuk larutan penyempurnaan sebanyak 200 ml.
·           Memindahkan Pindahkan larutan penyempurnaan yang telah disiapkan ke dalam baki plastik yang tersedia, lalu rendam kain contoh di dalamnya hingga seluruh bagiannya terbasahi, dan lewatkan di antara rol-rol benam peras sebanyak 2 kali (two-dips two-nips) dengan efek peras 70%.
·           Keringkan kain (pre drying) dengan mesin stenter suhu 100 0C selama 2 menit dan dilanjutkan dengan pemanasawetan (curing) suhu 170 0C selama 1 menit dengan menggunakan mesin stenter.
·           Kain contoh kemudian diuji dan dievaluasi mutu kain. Pengujian yang dilakukan yaitu uji anti bakteri dengan alat uji anti bakteri.

3.8          DATA PERCOBAAN
       Tabel 3.1 Data Uji Anti Bakteri Pada Kain Kapas dan Poliester
Kain
Niccanon RB (%)
Turpex ACN
Dekatalis
Nilai anti bakteri
Sanitized
Turpex ACN
Dekatalis
Nilai anti bakteri
Kapas
1
-
-

1
-
-

2
-
-

2
-
-

2
0,2
0,1

2
0,2
0,1

2
0,3
0,1

2
0,3
0,1

Poliester
1
-
-

1
-
-

2
-
-

2
-
-

2
0,2
0,1

2
0,2
0,1

2
0,3
0,1

2
0,3
0,1


4.      HASIL PERCOBAAN
Kain Poliester Setelah Penyempurnaan Anti Bakteri
















5.      DISKUSI
Pada proses penyempurnaan tahan ini terdapat beberapa hal yang akan dibahas menyangkut proses penyempurnaan tahan api dan hasil prosesnya. Hal-hal yang akan dibahan antara lain pengaruh perbedaan konsentrasi resin tahan api yang digunakan dan pengaruh ada tidaknya proses pencucian setelah proses penyempurnaan resin. Selain itu, jenis bahan yang akan disempurnakan dengan resin tahan api juga akan mempengaruhi hasil tahan apinya. Pada proses penyempurnaan ini digunakan resin Nicca Fi-None P 205 yang merupakan senyawa kimia diamonium fosfat dengan komposisi kimianya terdiri dari Nitrogen dan Fosfor. Pada dasarnya zat tahan api yang elemen utamanya terdiri antara lain dari fosfor dan nitrogen akan memberikan sifat tahan api yang permanen pada serat selulosa. Namun demikian, ada faktor lain yang juga mempengaruhi sifat tahan api yaitu adanya proses pencucian setelah proses penyempurnaan.
Pada praktikum, konsentrasi Nicca Fi-None yang digunakan adalah 8%, 12%, 16%, dan 18%. Konsentrasi ini hanya digunakan pada kain kapas dan poliester, sedangkan kain nilon dan P/K hanya menggunakan konsentrasi resin 8%, 12%, dan 16%. Sedangkan perbedaan proses yang akan diamati adalah ada tidaknya proses pencucian setelah proses penyempurnaan. Dalam proses ini tidak ditambahkan zat pembantu lain. Artinya proses yang dilakukan hanya proses penyempurnaan tahan api saja tanpa memberikan efek lembut atau lemas.
Pada proses penyempurnaan tahan api ini dilakukan padding sebanyak dua kali. Kain dilewatkan diantara rol padder sebanyak dua kali. Proses selanjutnya adalah pre drying pada suhu 1000C selama 3 menit. Selanjutnya dilakukan proses curing/pemanasawetan pada suhu 1500C selama 4 menit dengan tujuan untuk membentuk ikatan silang antara resin tahan api dengan serat sehingga resin dapat berpolimerisasi masuk kedalam serat. Pada prinsipnya penyempurnaan tahan api akan menghasilkan nilai ketahanan api yang tinggi pada serat dengan semakin banyaknya konsentrasi resin tahan api yang digunakan. Semakin lama waktu pemanasawetan juga menyebabkan ketahanan apinya semakin baik pula. Hal ini terjadi karena pada saat pemanasawetan terjadi ikatan silang antara resin dengan serat lebih banyak sehingga semakin lama waktu pemanas awetan akan menghasilkan kain dengan ketahanan nyala api yang baik. Hal ini mungkin juga disebabkan pada suhu tinggi garam akan berpolimerisasi membentuk lapisan yang melindungi bahan dari udara dan mengikat zat-zat yang mudah menguap selama terjadi pembakaran.
Penggunaan zat anti api seperti Nicca Fi-None P 205 bertujuan untuk menangkap udara dari serat dengan membentuk lapisan film dipermukaan dari zat – zat yang mempunyai titik leleh yang rendah, dengan menghasilkan zat anti api seperti amonia, klorin dan lain – lain terhadap dekomposisi panas, dan juga oleh kelarutan gas pembakaran.
Proses penyempurnaan tahan api biasanya menyebabkan pegangan kain menjadi keras dan kaku. Penambahan atau pengerjaan dengan pelemas seringkali justru menyebabkan ketahanan api berkurang. Oleh sebab itu, dalam resep hanya digunakan resin tahan api saja tanpa penambahan zat pelembut.

6.      KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.        KESIMPULAN
·           Kain yang mengalami penyempurnaan tahan api memiliki sifat ketahanan api yang lebih baik dibandingkan kain yang tidak dilakukan penyempurnaan tahan api.
·           Sifat ketahanan api akan meningkat (lebih baik) dengan semakin banyaknya konsentrasi resin yang digunakan.
·           Sifat ketahanan api pada kain yang telah disempurnakan sebelum pencucian lebih baik dibanding sifat ketahanan api setelah pencucian.
·           Sifat ketahanan api paling baik dimiliki oleh kain poliester karena waktu nyala dan waktu baranya paling singkat dibanding serat lainnya.























DAFTAR PUSTAKA

1.      Hendrodyantopo, S., S.Teks. M.M, dkk. 1998. Teknologi Penyempurnaan. Bandung : Sekolah Tinggi Tekstil.

2.      Soeprijono, P. S.Teks. 1973. Serat-Serat Tekstil. Bandung : Institut Teknologi Tekstil.

3.      Susyami, N.M., S.Teks., M.Si., dkk. Bahan Ajar Praktek Teknologi Penyempurnaan Kimia. Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.








Baca Artikel lainya:

0 comments:

Posting Komentar