Tweet |
1.
MAKSUD
DAN TUJUAN
1.1.
MAKSUD
Melakukan penyempurnaan anti
bakteri pada kain kapas dan poliester dengan menggunakan resin Niccanon RB dan
Sanitized (khloro fenoksi) agar diperoleh benang dan kain yang bersifat
terlindungi dari pertumbuhan mikroorganisme dan melakukan evaluasi hasil
penyempurnaan berdasarkan anti bakteri.
1.2.
TUJUAN
Mempelajari prinsip proses penyempurnaan
anti bakteri pada kain kapas dan poliester, menjaga bahan tekstil dari serangan mikroba, mencegah
timbulnya bau pada kain yang disebabkan oleh mikroorganisme dan mengetahui
perbedaan hasil anti bakteri dengan menggunakan variasi resep dan zat anti
bakteri yang berbeda, serta melakukan pengujian anti bakteri pada kain yang
telah diresin dan kain blanko untuk diketahui sifat anti bakterinya.
2.
TEORI
DASAR
2.1.
SERAT
KAPAS
Kapas
sebagian besar tersusun atas selulosa maka sifat sifat kimia kapas adalah sifat
sifat kimia selulosa. Serat kapas pada umumnya tahan terhadap kondisi
penyimpanan, pengolahan, dan pemakaian yang normal tetapi beberapa zat
pengoksidasi atau penghidrolisa menyebabkan kerusakan berupa penurunan
kekuatan. Asam asam menyebabkan hidrolisa ikatan-ikatan hidrolisa dalam rantai
selulosa membentuk hidroselulosa. Asam kuat dalam larutan meyebabkan degradasi
yang cepat, sedangkan larutan yang encer apabila dibiarkan mengering pada serat
akan menyebabkan penurunan kekuatan. Alkali mempunyai sdikit pengaruh terhadap
kapas, kecuali alkali kuat dengan konsentrasi tingi menyebabkan penggelembungan
yang besar pada serat, seperti proses merserisasi.
Struktur kimia
Analisa serat kapas menunjukkan bahwa serat kapas
terutama tersusun atas selulosa. Selulosa merupakan polimer linier yang
tersusun dari kondensasi molekul-molekul glukosa. Derajat polimerisasi selulosa
pada kapas terdiri dari:
Ë selulosa :
94,0%
Ë proteina :
1,3%
Ë pektat :
1,2%
Ë
lilin :
0,6%
Ë
abu :
1,2%
Ë
pigmen dan zat lain : 1,7%
Apapun
sumbernya derivat selulosa secara prinsif memiliki struktur kimia yang sama.
Hal ini bisa terlihat pada analisa hidrolisis, asetolisis dan metilasi yang
menunjukan bahwa selulosa pada dasarnya mengandung residu anhidroglukosa. Subsequent
tersebut menyesun molekul glukosa(monosakarida) dalam bentuk β-glukopironase dan berikatan bersama-sama
yang dihubungkan pada posisi 1 dan 4 atom karbon molekulnya. Formula unit
pengulanganya menyerupai selobiosa (disakarida) yang kemudian membentuk
selulosa (polisakarida).
Sifat – sifat Serat
kapas
Sifat Fisika
Ë Warna
Warna kapas tidak betul -
betul putih, biasanya sedikit kream. Warna kapas akan makin tua setelah penyimpanan selama 2-5
tahun. Karena pengaruh cuaca yang lama, debu dan kotoran, warna kapas akan
keabu – abuan strsnya sampai 1,50 – 1,56.
Ë Kekuatan
Kekuatan kapas dipengaruhi oleh kadar selulosa, panjang
rantai, dan orientasinya. Kekuatan serat kapas per bandel rata-rata 96700 pound
per inchi ² dengan minimum 70000 dan maksimum 116000 pound per inchi².
Ë Mulur
Mulur saat putus serat kapas termasuk tinggi, kira-kira
dua kali mulur ram. Mulur rata-rata serat kapas 7%
Ë Keliatan (Toughness)
Keliatan serat kapas relatif tinggi. Sutera dan wol
relatif lebih tinggi.
Ë Kekakuan (Stiffness)
Kekakuan dipengaruhi berat molekul, kekakuan rantai
selulosa, derajat kristalinitas dan terutama derajat orientasi rantai selulosa.
Ë Moisture Regain
Moisture Regain serat kapas berfariasi tergantung kondisi
serat.
Ë Berat Jenis
Berat jenis serat
kapas 1,5-1,56
Ë
Indeks
Bias
Indeks Bias serat kapas sejak sumbu serat 1,58, indeks
bias melintang sumbu serat 1,53.
Sifat Kimia
Kapas sebagian besar tersusun atas selulosa, maka
sifat-sifat kimia kapas pada umumnya tahan terhadap kondisi penyimpanan,
pengolahan dan pemakaian yang normal. Beberapa zat pengoksidasi dan
penghidrolisa akan merusak kapas sehingga kekuatannya menjadi turun. Kerusakn
karena oksidasi dengan terbentuknya oksi selulosa, biasanya terjadi pada
pengelantangan yang berlebihan, penyinaran dalam keadaan lembab atau pemanasan
yang lama pada suhu diatas 140°C .
Asam- asam menyebabkan hidrolisa ikatan-ikatan glukosa
dalam rantai selulosa membentuk hidroselulosa. Asam kuat menyebabkan degredasi
yang cepat, larutan encer menyebabkan penurunan kekuatan. Alkali kuat dengan konsentrasi
tinggi menyebabkan penggelembungan yang besar pada serat. Untuk menahan
penggelembungan serat kapas keluar sehingga lumennya tertutup, irisan lintang
menjadi lebih bulat, puntirannya berkurang dan serat menjadi lebih berkilau
sehingga dilakukan mercerisasi. Denagn hal itu, kapas menjadi lebih kuat dan
afinitas terhadap zat warna menjadi lebih kuat. Kapas mudah diserap oleh jamur
dan bakteri terutama pada keadaan lembab dan pada suhu yang hangat.
2.2.
SERAT
POLIESTER
Serat poliester merupakan suatu polimer yang mengandung gugus
ester dan memiliki keteraturan struktur rantai yang menyebabkan rantai-rantai
mampu saling berdekatan,sehingga gaya antar rantai polimer poliester dapat
bekerja membentuk struktur yang teratur. Poliester merupakan serat sintetik
yang bersifat hidrofob karena terjadi ikatan hidrogen antara gugus – OH dan
gugus – COOH dalam molekul tersebut.Oleh
karena itu serat polierter sulit didekati air atau zat warna.Serat ini dibuat
dari asam tereftalat dan etilena glikol.
Reaksi pembentukan polyester
Sifat polyester
Sifat fisika
Ë Elektrostatik
Serat poliester sangat menimbulkan elektrstatik selama proses.
Selain itu kain poliester bila bersentuhan dengan kulit akan menyebabkan
timbulnya listrik statis. Oleh karena itu perlu ditambahkan sifat anti statik
pada serat poliester
Ë Berat jenis
Berat jenis polyester adalah 1,38 g/cm3.
Ë Kekuatan tarik dan mulur
Kekuatan tarik serat polyester sekitar 4.5 – 7.5 g/denier,
sedangkan mulurnya berkisar antara 25 % sampai 75 %.
Ë Morfologi
Serat poliester berbentuk silinder dengan penampang melintang
bulat.
Ë Moisture Regain
Pada kondisi standar, yaitu RH 65 ± 2 % dan suhu 20
oC ± 1 % moisture regain serat polyester hanya 0.4 % sedangkan RH 100
% moisture regainnya mencapai 0.6 % -
0.8 %
Ë Derajat kristalinitas
Derajat kristalinitas adalah faktor penting untuk serat
poliester,karena derajat kristalinitas serat sangat berpengaruh pada serap zat
warna ,mulur, kekeuatan tarik,stabilitas dimensi, serta sifat-sifat lainya.
Ë Pengaruh panas
Serat poliester tahan terhadap panas sampaipada suhu 220 oC,
diatas suhu ini akanmwemepengaruhi kekuatan, mulur, dan warnanya menjadi
kekuningan. Suhu 230-240 oC menyebabkan poliester melunak, suhu 260 oC
menyebabkan poliester meleleh.
Ë Sifat Elastis
Poliester memiliki sifat elastisitas yang baik dan ketahanan kusut
yang baik.
Sifat Kimia
Ë Ketahanan terhadap asam dan alkali
a. Polister tahan terhadap alkali lemah, tapi kurang tahan terhadap
alkali kuat akan menghidrolisa esternya.
b. Polyester tahan terhadap asam lemah meskipun pada suhu tinggi dan
tahan terhadap asam kuat pada suhu rendah.
Ë Titik leleh polyester pada suhu 2500C dan tidak
menguning pada suhu tersebut.
Ë Zat organik, beberapa zat organic akan melarutkan polieter antara
lain metakresol, asam triflouroasetat–klorofenil dan campuran triokhlorofenol
dengan fenol dan campuran tetra kloro etana dengan fenol.
2.3.
PENYEMPURNAAN
ANTI BAKTERI
Penyempurnaan anti mikroba bertujuan untuk menjaga bahan
tekstil dari serangan mikroba, mencegah timbulnya bau pada kain yang disebabkan
oleh mikroorganisma dan bahkan dapat memberikan efek penyembuhan pada luka.
Aplikasinya ditemukanterutama pada bidang medis karena bidang ini membutuhkan
bahan tekstil yang mempunyai kemampuan mematikan bakteri untuk membantu membuat
lingkungan yang steril. Penerapan pada bidang lain, seperti pakaian seragam,
perhotelan, atau kain-kain untuk restoran, hanya membutuhkan efek
bakteriostatis untuk mengontrol bau. Demikian pula pada tekstil interior dan
aparel, seperti pakaian olahraga (active wear), sprei, pakaian dalam,
karpet, dan sebagainya menggunakan anti bakteri untuk mengontrol bau.
Pada prinsipnya, penyempurnaan anti mikroba pada kain
bekerja dengan menghambat pertumbuhan mikroorganisma. Istilah bakteriostatik
mempunyai arti menghambat pertumbuhan bakteri, sedangkan bakterisida mempunyai
arti dapat mematikan bakteri.
Efek bakteriostatik bertujuan untuk:
§ mencegah
penularan dan perkembangbiakan (propagation) mikroorganisma patogen
(faktor higienis).
§ mengurangi bau yang kurang sedap akibat degenesari
bakteri.
§ mencegah hilangnya nilai pakai akibat rusaknya
serat oleh bakteri.
Manusia telah menggunakan zat anti bakteri sejak jaman
dahulu, hal ini terbukti pada mumi dari
Mesir dan pada kebudayaan lain yang mengaplikasikan efek anti bakteri ini.
Tentunya kebutuhan sifat bakteriosatatik, bakterisida, fungistatik, dan
fungisida pada tekstil sampai saat ini masih sangat penting. Zat anti mikroba,
pada prinsipnya mengandung fenol aktif, garam amonium kuartener, dan senyawa
logam-organik (Hg). Berbagai cara, baik kimia maupun fisika, dapat dikerjakan untuk mendapatkan
kain yang bersifat anti bakteri. Pada prakteknya, efek anti mikroba diperoleh
dengan menambahkan produk kimia tertentu pada tahap proses penyempurnaan, atau
bahkan melalui pencampuran zat kimia tertentu kedalam serat pada proses
pemintalan.
Cara Pengerjaan Anti Bakteri
Ada beberapa cara
pengerjaan anti bakteri, yaitu:
· Penambahan zat bakterisida kedalam larutan
pemintalan pada tahap ekstrusi seperti Triklosan
(2,4,4-hidrofeniltrikloro(II)eter) yang merupakan golongan anti septik dan
desinfektan. Triklosan adalah turunan fenol yang mengandung halogen, biasanya
digunakan pada kosmetik dan pasta gigi. Triklosan mempunyai bekerja secara luas
dalam melawan bakteri gram-negatif dan gram-positif. Senyawa ini mengandung
akarisida benzil benzoat yang juga berperan melawan kuman-kuman dan digunakan
dalam formula akarisida (dalam bentuk spray atau bubuk) juga dalam larutan
untuk perawatan scabies. Senyawa ini tidan beracun. Benzil benzoat adalah
akarisida yang bekerja secara kimia langsung melawan kuman.
· Metoda lain untuk memprodukasi serat anti
mikroba dan anti jamur diadopsi dari perusahaan Inggris, yaitu serat Stay Fresh
yang memanfaatkan perak dan silika. Kedua zat ini bila kontak dengan air atau
kelembaban akan menahan pertumbuhan populasi bakteri pada karpet, kain,
furnitur, matras, dan kasur linen dengan memutus sumber nutrisii juga aman,
tidak beracun dan anorganik, karena mereka mengklaim serat ini dapat mengontrol
kuman dan jamur, mencegah pertumbuhan bakteri seperti Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus.
· Modifikasi melalui pencangkokan (grafting)
atau dengan reaksi kimia lain. Institut Tekstil Perancis di Ecully telah
mengembangkan biotekstil. Dalam produk ini rantai molekulnya mengandung zat
antiseptik yang dicangkokan pada polimer dasar dari kain mentah. Polimer dasar
diaktifkan melalui sinar-sinar elektronik dan pada prosesnya polimer-polimer
diputar (refracted) ke posisi yang diinginkan yang kedalamnya dimasukkan
molekul cangkok pertama. Rantai polimer yang tumbuh secara lateral dari molekul
pertama menyebabkan kain menjadi anti bakteri. Dalam keadaan kontak langsung,
kain ini beraksi dengan cepat melawan bakteri dan sifat anti bakterinya tetap
ada setelah pencucian.
· Pencampuran serat
· Memberikan zat penyempurnaan tekstil.
Melalui pemanasan atau kondensasi, zat ini digabungkan kedalam produk
penyempurnaan polimer dan resin yang akan menempel pada bahan tekstil.
Tabel 13.1 Golongan Zat Kimia yang Dapat Digunakan
Sebagai Zat Anti Mikroba
Anti mikroba
|
Zat Kimia
|
Anilin
|
3,4,4-triklorokarbanilin
|
Fenol
|
Biozol, thymol, garam
natrium alkilenabisfenol
|
Guanidin
|
1,1-exametilena sampai
5-(4-klorofenil) diguanida diglukonat; diguanida poliexametilena hidroklorida
|
Imidazol
|
2(4-tiasolil)benzimidazol,
benzotiazol
|
Senyawa anorganik
|
perak zeolit, titanium
oksida, perak silikat, perak sulfonat, fero ftalosianat, tembaga sulfat
|
Produk alami
|
Glukosan, propolis,
hinokikiol
|
ZAP/Surfactant
|
kloruro di
poliossilalkiltrialkilamonio - organik silikon dengan garam amonium tersier,
okta-desilidimetil(3-trimetoksipropil, ammonium klorida). Garam amonium
tersier: didesilmetilamonium, exadesil peridium, setil dimetilbenilamonium,
polioksilalkiltrialkilamonium
|
Secara umum
mekanisme anti bakteri oleh zat anti bakteri adalah sebagai berikut:
· Menghalangi pembentukan dinding sel
· Menghalangi pembentukan membran sel
(phosphatide)
· Menghalangi reproduksi DNA
· Menghalangi metabolisme energi dari enzim
· Menghalangi pembelahan sel, dan
sebagainya.
Zat anti bakteri akan menghancurkan struktur membran dan
fungsi dari bakteri, menghambat pembelahan-diri suatu bakteri (inducing
self-dissolution), dan akhirnya menghalangi proses respirasi bakteri.
Asumsi 1:
Asumsi 2:
Mekanisme efek anti bakteri dari zat anti bakteri dari
golongan amonium kuartener dapat dijelaskan dengan asumsi seperti pada gambar
di atas. Salah
satu contoh zat anti mikroba yang banyak digunakan di industri adalah Sanitized® T 96-02, yaitu
suatu zat anti mikroba yang dapat menghambat perkembangan
gram positif dan gram negatif bakteri. Produk ini bekerja menghambat proses metabolisme
mikroorganisme yang tidak diinginkan sehingga dapat menghentikan pertumbuhan
dan reproduksinya.
Karakteristik:
Bentuk
|
:
|
Larutan tak berwarna
sampai kekuning-kuningan
|
Komposisi
|
:
|
Senyawa fenoksi
dihalogenasi
|
Sifat ion
|
:
|
Non-ionogenik
|
pH
|
:
|
6,2 – 8,2 (20°C, 50 g/L)
|
Kelarutan
|
:
|
Dapat dicampur dengan
cara diaduk dengan air hingga larut, dispersi putih.
|
Keuntungan:
· Tahan lama dalam hal higienis dan
kenyamanan pakai yang optimal
· Tahan terhadap pencucian, cahaya, dry
cleaning, setrika dan penguapan.
· Mencegah perkembangan bakteri penyebab bau
· Kompatibel dengan produk lain seperti
resin, binder, fluorokarbon, dan zat penyempurnaan lainnya.
· Kompatibel dengan Oeko-Tex Standard 100
3.
PERLAKSANAAN
PERCOBAAN
3.1
ALAT
DAN BAHAN
Alat-alat yang digunakan :
|
Bahan yang digunakan :
|
·
Gelas piala 500 ml
·
Gelas ukur 100 ml
·
Pipet volum
·
Pengaduk
·
Nampan plastik
·
Kompor gas
·
Timbangan digital
·
Mesin stenter
·
Mesin padder
·
Alat uji anti bakteri
|
·
Kain kapas
·
Kain poliester
·
Niccanon RB
·
Sanitized
·
Melamin resin (Turpex ACN)
·
Katalis
|
3.2
DIAGRAM
ALIR
3.3
RESEP
PERCOBAAN
Larutan
penyempurnaan anti bakteri
Resep
|
%
|
|||
Niccanon
RB
|
1
|
2
|
2
|
2
|
Sanitized
|
1
|
2
|
2
|
2
|
Melamin
resin (Turpex ACN)
|
-
|
-
|
0,2
|
0,3
|
Katalis
(dekatalist)
|
-
|
-
|
0,1
|
0,1
|
WPU
= 70 %
Pre drying = 100 0C ; 2 menit
Curing
= 170 0C ; 1 menit
|
Tabel pembagian resep penyempurnaan
tahan api :
Bahan
|
|
Niccanon RB
|
Sanitized
|
||||||
Konsentrasi
(%)
|
1
|
2
|
2
|
2
|
1
|
2
|
2
|
2
|
|
Turpex
ACN (g/L)
|
-
|
-
|
0,2
|
0,3
|
-
|
-
|
0,2
|
0,3
|
|
Dekatalist
(g/L)
|
-
|
-
|
0,1
|
0,1
|
-
|
-
|
0,1
|
0,1
|
|
Poliester
|
Absen
ke-
|
9
|
11
|
13
|
-
|
10
|
12
|
14
|
-
|
Kapas
|
1
|
3
|
5
|
7
|
2
|
4
|
6
|
8
|
3.4
FUNGSI
ZAT
Niccanon RB = resin anti bakteri yang
berfungsi untuk melindungi
bahan
tekstil dari pertumbuhan mikroorganisme
dengan
mekanisme mengikat bau yang ditimbulkan
oleh
bakteri
Sanitized = resin anti bakteri
berupa khloro fenoksi yang
berfungsi untuk melindungi bahan tekstil
dari
pertumbuhan mikroorganisme dengan mekanisme
mengikat bau yang ditimbulkan oleh bakteri
Turpex ACN = melamin resin dari dengan
gugus kimia polietilena
yang
merupakan senyawa untuk menangkap
formaldehide bebas yang tidak ikut
berpolimerisasi
Dekatalis
= katalis dari jenis garam asam yang banyak
digunakan
pada penyempurnaan resin,
menghasilkan
HCl untuk memberi suasana asam
dalam
polimerisasi resin anti bakteri
Teepol = menghilangkan
kotoran pada kain
Na2CO3
= memberikan
suasana alkali pada pencucian,
membantu menghilangkan sisa-sisa zat kimia
yang
menempel pada permukaan kain
3.5
SKEMA
PROSES
3.6
PERHITUNGAN
RESEP
Larutan
Penyempurnaan Anti Bakteri (Resep Ke 11)
Jumlah larutan = 200 ml (untuk 2 kain)
Niccanon
RB =
20 g/1000 ml x 200 ml = 4 g
3.7
CARA
KERJA
·
Menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang
akan digunakan dalam proses penyempurnaan anti bakteri.
·
Melakukan uji anti bakteri pada kain blanko
sebagai pembanding.
·
Menghitung dan menimbang kebutuhan zat-zat kimia berdasarkan resep yang telah
ditentukan untuk larutan penyempurnaan sebanyak 200 ml.
·
Memindahkan Pindahkan larutan penyempurnaan yang telah disiapkan ke
dalam baki plastik yang tersedia, lalu rendam kain contoh di dalamnya hingga seluruh
bagiannya terbasahi, dan lewatkan di antara rol-rol benam peras sebanyak 2 kali
(two-dips two-nips) dengan efek peras 70%.
·
Keringkan
kain (pre drying) dengan mesin stenter suhu 100 0C selama 2 menit dan dilanjutkan dengan pemanasawetan (curing) suhu 170 0C selama 1 menit
dengan menggunakan mesin stenter.
·
Kain
contoh kemudian diuji dan
dievaluasi mutu kain. Pengujian
yang dilakukan yaitu uji anti
bakteri dengan alat uji anti bakteri.
3.8
DATA
PERCOBAAN
Tabel 3.1 Data Uji Anti Bakteri Pada
Kain Kapas dan Poliester
Kain
|
Niccanon
RB (%)
|
Turpex
ACN
|
Dekatalis
|
Nilai
anti bakteri
|
Sanitized
|
Turpex
ACN
|
Dekatalis
|
Nilai
anti bakteri
|
Kapas
|
1
|
-
|
-
|
|
1
|
-
|
-
|
|
2
|
-
|
-
|
|
2
|
-
|
-
|
|
|
2
|
0,2
|
0,1
|
|
2
|
0,2
|
0,1
|
|
|
2
|
0,3
|
0,1
|
|
2
|
0,3
|
0,1
|
|
|
Poliester
|
1
|
-
|
-
|
|
1
|
-
|
-
|
|
2
|
-
|
-
|
|
2
|
-
|
-
|
|
|
2
|
0,2
|
0,1
|
|
2
|
0,2
|
0,1
|
|
|
2
|
0,3
|
0,1
|
|
2
|
0,3
|
0,1
|
|
4.
HASIL
PERCOBAAN
Kain Poliester Setelah Penyempurnaan Anti
Bakteri
5.
DISKUSI
Pada proses penyempurnaan tahan ini terdapat
beberapa hal yang akan dibahas menyangkut proses penyempurnaan tahan api dan
hasil prosesnya. Hal-hal yang akan dibahan antara lain pengaruh perbedaan
konsentrasi resin tahan api yang digunakan dan pengaruh ada tidaknya proses
pencucian setelah proses penyempurnaan resin. Selain itu, jenis bahan yang akan
disempurnakan dengan resin tahan api juga akan mempengaruhi hasil tahan apinya.
Pada proses penyempurnaan ini digunakan resin Nicca Fi-None P 205 yang
merupakan senyawa kimia diamonium fosfat dengan komposisi kimianya terdiri dari
Nitrogen dan Fosfor. Pada dasarnya zat tahan api yang elemen utamanya terdiri
antara lain dari fosfor dan nitrogen akan memberikan sifat tahan api yang
permanen pada serat selulosa. Namun demikian, ada faktor lain yang juga
mempengaruhi sifat tahan api yaitu adanya proses pencucian setelah proses
penyempurnaan.
Pada praktikum, konsentrasi Nicca Fi-None
yang digunakan adalah 8%, 12%, 16%, dan 18%. Konsentrasi ini hanya digunakan
pada kain kapas dan poliester, sedangkan kain nilon dan P/K hanya menggunakan
konsentrasi resin 8%, 12%, dan 16%. Sedangkan perbedaan proses yang akan
diamati adalah ada tidaknya proses pencucian setelah proses penyempurnaan.
Dalam proses ini tidak ditambahkan zat pembantu lain. Artinya proses yang
dilakukan hanya proses penyempurnaan tahan api saja tanpa memberikan efek
lembut atau lemas.
Pada proses penyempurnaan
tahan api ini dilakukan padding sebanyak dua kali. Kain dilewatkan diantara rol
padder sebanyak dua kali. Proses selanjutnya adalah pre drying pada suhu 1000C
selama 3 menit. Selanjutnya dilakukan proses curing/pemanasawetan pada suhu 1500C
selama 4 menit dengan tujuan untuk membentuk ikatan silang antara resin tahan
api dengan serat sehingga resin dapat berpolimerisasi masuk kedalam serat. Pada
prinsipnya penyempurnaan tahan api akan menghasilkan nilai ketahanan api yang
tinggi pada serat dengan semakin banyaknya konsentrasi resin tahan api yang
digunakan. Semakin lama waktu pemanasawetan juga menyebabkan ketahanan apinya
semakin baik pula. Hal ini terjadi karena pada saat pemanasawetan terjadi
ikatan silang antara resin dengan serat lebih banyak sehingga semakin lama
waktu pemanas awetan akan menghasilkan kain dengan ketahanan nyala api yang
baik. Hal ini mungkin juga disebabkan pada suhu tinggi garam akan
berpolimerisasi membentuk lapisan yang melindungi bahan dari udara dan mengikat
zat-zat yang mudah menguap selama terjadi pembakaran.
Penggunaan zat anti api
seperti Nicca Fi-None P 205 bertujuan untuk menangkap udara dari serat dengan
membentuk lapisan film dipermukaan dari zat – zat yang mempunyai titik leleh
yang rendah, dengan menghasilkan zat anti api seperti amonia, klorin dan lain –
lain terhadap dekomposisi panas, dan juga oleh kelarutan gas pembakaran.
Proses penyempurnaan tahan
api biasanya menyebabkan pegangan kain menjadi keras dan kaku. Penambahan atau
pengerjaan dengan pelemas seringkali justru menyebabkan ketahanan api
berkurang. Oleh sebab itu, dalam resep hanya digunakan resin tahan api saja
tanpa penambahan zat pelembut.
6.
KESIMPULAN
DAN SARAN
6.1.
KESIMPULAN
·
Kain yang mengalami penyempurnaan tahan api
memiliki sifat ketahanan api yang lebih baik dibandingkan kain yang tidak
dilakukan penyempurnaan tahan api.
·
Sifat ketahanan api akan meningkat (lebih
baik) dengan semakin banyaknya konsentrasi resin yang digunakan.
·
Sifat ketahanan api pada kain yang telah
disempurnakan sebelum pencucian lebih baik dibanding sifat ketahanan api
setelah pencucian.
·
Sifat ketahanan api paling baik dimiliki oleh
kain poliester karena waktu nyala dan waktu baranya paling singkat dibanding
serat lainnya.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Hendrodyantopo,
S., S.Teks. M.M, dkk. 1998. Teknologi
Penyempurnaan. Bandung : Sekolah Tinggi Tekstil.
2. Soeprijono,
P. S.Teks. 1973. Serat-Serat Tekstil.
Bandung : Institut Teknologi Tekstil.
3. Susyami,
N.M., S.Teks., M.Si., dkk. Bahan Ajar
Praktek Teknologi Penyempurnaan Kimia. Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi
Tekstil.
0 comments:
Posting Komentar