Kamis, 29 September 2011

SUTERA ALAM MAJALAYA


Sutera Alam majalaya adalah salah satu industri kecil dan menengah yang berkecimpung dibidang pertenunan sutera, industri ini merupakan industri rumahan secara turun temurun dengan nama SINAR BERKAH yang memproduksi kain tenun sutera dan kain tenun untuk interior. Pada tahun 1997 Bapak Evi memberanikan diri untuk aktif dalam proses produksi. Sepeninggal Bapak Sopyan industri rumahan ini dibagi menjadi dua bagian industri tenun interior dipegang oleh adik Bapak Sopyan yaitu Bapak Moch. Erry firdaus dan industri tenun sutera dipegang oleh Bapak Evi Sopyan. Pada tahun 2001 Bapak Evi merubah nama SINAR BERKAH menjadi Sutera Alam Majalaya, alasan perubahan nama dikarenakan tidak ingin industri yang dipegang Bpk. Evi sukses karena nama besar sang ayah yaitu Bapak Sopyan.
Sutera Alam Majalaya berlokasi di kampung Panggilingan Desa Tangulun Kecamatan Ibun berjarak sekitar 2 km dari pusat kota majalaya dan dapat ditempuh menggunakan kendaraan pribadi maupun umum dengan waktu tempuh sekitar seperempat jam. IKM ini memiliki dua tempat produksi yang terpisah, yaitu tempat produksi kain tenun termasuk pembuatan mesin ATBM dan tempat kedua adalah untuk proses pencelupan. Kedua lokasi tersebut berjarah sekitar ± 1 Km, dimana tempat untuk proses pencelupan berada di daerah bawah. Hal tersebut dikarenakan daerah atas tempat proses produksi tenun tidak diperbolehkan untuk proses pencelupan dengan alasan permasalahan lingkungan. Sehingga dipilihlah lokasi bawah, dimana dari proses pencelupan limbah dapat dibuang ke sungai aliran bawah sehingga tidak menggangu aliran sungai untuk aktivitas penduduk.
Sutera Alam Majalaya memproduksi berbagai jenis kain salah satunya kain tenun cotton yang dimulai pada tahun 2006, beliau mempunyai relasi dari sragen untuk memproduksi kain cotton dengan jenis motif kain adat Irian Jaya dengan fungsi untuk mahar. Kain diproduksi menggunakan ATM dan ATBM. Penggunaan mesin ATM biasanya dilakukan untuk produksi yang kejar target, dimana pesanan harus diselesaikan dalam waktu cepat. Sedangkan ATM lebih sering digunakan untuk produksi kain sutera dengan tenun motif. IKM ini memproduksi sesuai dengan pesanan dan tidak ada produksi ready stok. Selain memproduksi kain tenun, Sutera Alam Majalaya memproduksi alat tenun bukan mesin atau ATBM pada tahun 2006 karena desakan Dinas Perindustrian setempat, awalnya Bapak Evi sempat menolak sebanyak 3 kali untuk memproduksi ATBM karena sudah terdapat pengrajin yang sudah lebih dahulu aktif memproduksi ATBM yaitu industri tenun ikat  BINTANG TERANG. Setelah berusaha selama 1 tahun akhirnya produksi Alat Tenun Bukan Mesin booming pada tahun 2007, karena produksi ATBM Sutera Alam Majalaya mengutamakan kualitas.
Bahan baku Kain cotton memakai benang produk lokal yang diperoleh di daerah Majalaya sendiri dan tidak mengambil dari industri besar karena kalau mengambil dari industri besar harus memakai perjanjian, DO dalam istilah Majalaya atau melalui Patal. Jadi kalau melalui Patal harus ada perjanjian pengambilan bahan baku yang rutin setiap bulan sedangkan untuk kelas IKM produksi perbulan tidak continue karena mengandalkan pesanan, kalau pesanan sepi produksi juga ikut sepi. Oleh karena itu bahan baku diperoleh melalui distributor dengan  jumlah pembelian bisa disesuaikan dengan jumlah kebutuhan, bahan baku benang cotton dibeli dalam bentuk cones. Sedangkan untuk kain sutera diambil dari benang sutera lokal dan sutera cina. Benang sutera lokal memiliki kualitas yang lebih bagus akan tetapi jumlahnya terbatas sehingga lebih sering menggunakan sutera cina, dan akhir-akhir ini konsumen lebih suka menggunakan sutera dari luar. Sedangakan untuk proses pencelupannya, bahan zat warna serta zat pembantu lain dapat dibeli dari pasar majalaya yang tidak jauh dari IKM tersebut.
Sejak pertama berdiri pengadaan modal berasal dari modal pribadi sampai dipegang oleh Bapak. Evi dan berganti nama menjadi Sutera Alam Majalaya  juga masih mengandalkan modal sendiri, dengan ketekunan dan kepercayaan diri Bapak Evi serta sistem menanagemen yang baik sehingga Sutera Alam Majalaya dapat sukses seperti sekarang.
Upah yang diterapkan di industry kecil dan menengah Sutera Alam Majalaya adalah system upah harian dan borongan. Upah harian disesuaikan dengan UMR daerah sedangkan upah borongan disesuaikan dengan adu tawar pemesan dengan pengrajin.


Baca Artikel lainya:

0 comments:

Posting Komentar