Tweet |
TINGGAL
KENANGAN
Malam ini begitu kelam, terlalu pekat. Seperti hatiku yang
sedang kelabu. Kesedihan yang tak kunjung usai selalu menyelimuti. Teringat
akan segala kenangan yang dulu pernah buatku bahagia, tapi kini semua tinggal
kenangan. Tak ada lagi canda, tak ada lagi tawa. Sekarang aku hanya sendiri
disini, melewati hari-hari tanpamu. Terlalu berat beban yang harus ku pikul,
apalagi selama ini aku terbiasa denganmu. Terbiasa bersama untuk melewati hari
dengan segala keadaan.
Ada cairan hangat yang terus mengalir dikelopak mataku saat ku ingat semua
tentangmu. Ingat kebersamaan kita, ingat tentang cinta kita. Adakah kau disana
merasakan sama dengan apa yang aku rasakan. Tempatmu kini sungguh telah jauh
berbeda, dua dunia yang tak bisa bersatu. Akankah suatu saat nanti kita kan
bersatu kembali. Entahlah......tapi aku sangat berharap itu.
“ Dooorrrrr.......”
“ahhhhhhh......astagfirlullah, Danuuuuuu.....jahat banget sih lu. Dasar jail.”
Aku yang saat itu sedang melamun merasa kaget karena ulah Danu.
“hahahahahaha, dasar lu jelek, lagian ngapain sih lu nglamun gitu kayak orang
bego tau. Pasti lagi nglamunin gue ya, hahahahaha”
“ish ngapain juga gue nglamunin orang jail kayak lu. Bikin cape hati doang
kali.hufh” jawabku
“wuih jangan salah,jail-jail gini tapi cakep kan, banyak ko cewe-cewe yang
ngejar- ngejar gue tapi gue aja yang ga mau sama mereka. Dan gue yakin lu juga
pasti ngefans sama gue, iya kan ngaku aja deh.hahahahahaha, dasar Dina jelek”
dan Danu berlalu sambil mencubit hidungku
“aauuuuhhhh, Danuuuu......dasar jail, gue benci sama lu”teriakku
Semakin hari, semakin banyak kejailan yang danu lakukan. Danu memang baik tapi
jailnya minta ampun. Jangan harap ada orang-orang dikantor ini yang lepas dari
kejailan si Danu. Bahkan atasan saja sudah kena kejailan si Danu, waktu itu
dikantor sedang ada rapat yang membahas kinerja para pegawai. Karena rapat itu
pasti akan menyita banyak waktu, maka si Danu membuat rencana agar rapat itu
gagal. Dengan otaknya yang cemerlang dalam hal-hal kejailan, beraksilah Danu.
“maaf pa, jadi hari ini rapat.”
“ya jadi, kenapa Danu. Kamu takut karena kinerja kamu tidak bagus.” Jawab si
bos dengan nada sinis.
“oh ga apa-apa pa, kira-kira lama ga ya pa rapatnya.?”jawab Danu dengan
pura-pura serius.
“kita lihat saja nanti, memangnya kamu mau kemana.?”tanya si bos
“hmm, gini pa. Kebetulan kemarin itu saya dapat tiket nonton pertandingan bola
antara Persib dan Persema. Dan acara pertandingannya dimulai pukul 14.00. kalau
rapatnya sampai sore pasti sayang banget kalau ga bisa nonton Persib.”terang
Danu dengan serius.
Danu tau banget kalau si Bos begitu fanatik dengan sepak bola apalagi dengan
klub Persib, apapun bos lakukan demi persib. Dan mendengar ada pertandingan
sepak bola dengan pemain dari persib, si Bos mulai tertarik dengan pembicaraan
Danu.
“waah...Persib ya, ko saya tidak tau kalau Persib mau bertanding. Kamu bohong
ya.”jawab bos yang mulai terjebak.
“yah...si bos ne payah, masa sama klub kesayangan sendiri ga tau jadwal
bermainnya. Wah pasti seru itu pa. Bapak sudah dapat tiketnya ?”tanya danu
mulai menjebak.
“oh gitu ya, yah mungkin saya terlalu sibuk dengan pekerjaan sampai ga tau.
Sebenernya saya pengen banget nonton tapi sayang saya ga punya tiket.”
“gini aja pa, tiket saya buat bapak saja. Saya kan tau bapak ngefans
banget sama persib, jadi saya kasih tiket ini spesial buat bapak. Gimana pa ?”
“waah yang bener kamu, kamu baik banget tau saja kesenangan saya. Kamu memang
pegawai saya yang paling baik. Terima kasih Danu.” Ungkap bos yang sangat
senang mendapat tiket itu.
“hmm, tapi pa. Hari ini kan rapat, kalau hari ini bapak ga ada terus siapa yang
mimpin rapat.?” Tanya Danu pura-pura
“owh...soal rapat gampang, karena kamu sudah berbaik hati memberikan tiket ini
buat saya. Maka saya tugaskan kamu untuk menghandel rapat ini, nanti saya
tinggal tunggu laporan dari kamu saja.”terang si bos sambil berlalu
meninggalkan ruangan karena ingin segera menonton.
“baik pa, saya akan laksanakan tugas ini dengan baik.”
Yess.....berhasil, akhirnya kena tipu juga tu si bos, gumam Danu dalam Hati.
Rencananya berhasil telak.
“ woooiiiii, rapat hari ini ga jadi.hahahaha.”teriak Danu di ruangan
Sontak seisi ruangan kantor menjadi gaduh karena semua orang begitu senang
kalau rapat tidak jadi.
Begitulah Danu, selalu membuat kejutan-kejutan. Keberadaanya membuat suasana
kantor lebih hidup. Sampai aku sendiri merasa berwarna karenanya.
Walaupun selalu danu membuatku kesal, tapi tak jarang juga Danu membuatku
tenang. Disaat masalah melanda hidupku, Danu dengan segenap hati bersedia
menjadi wadah atas segala keluh kesahku. Kadang aku tak menyangka bahwa Danu
mempunyai sisi kedewasaan yang selama ini tak terlihat. Dia bisa menjadi
sahabat, kakak, adik bahkan musuh buatku.
Hari-hari selalu aku lewati bersamanya, banyak cerita-cerita yang telah
mengalir diantara kebersamaan kita. Hingga ku sadari bahwa aku tak bisa
tanpanya. Aku tak tau rasa yang seperti apa yang aku rasakan pada Danu, yang
aku tau saat bersamanya aku merasa tenang dan nyaman.
Enam bulan sudah aku menjalin persahabatan dengan Danu, dan hal ini membuat
kedekatan kita semakin erat. Bahkan secara tak sadar Danu telah menempati ruang
disudut hatiku yang selama ini hampa tanpa ada rasa. Rasa itu semakin membuatku
tak bisa jauh darinya.
“Dan, gue mau tanya sesuatu sama lu. Tapi lu harus jawab jujur dan jangan
ngetawain gue ya.” Kataku, sewaktu aku dan dia sedang berada di atas balkon
gedung kantor.
“hmm, boleh...mau tanya apa jelek, eh tapi inget satu pertanyaan lu harus bayar
sepuluh ribu ya,hahahahaha”jawab Danu dengan kekonyolannya itu,
“danu, gue serius, lu jangan bercanda terus ah. Kalo gitu gue ga jadi
tanya.”jawabku dengan kesal
“hahahaha, sejak kapan lu jadi serius gini, hahahahah. Kejedot dimana kepala
lu, sampai jadi gini.”Danu tertawa mendengar kata-kata Dina.
“ishh, danu...ya udahlah gue balik ke kantor.”aku berlalu sambil menahan kesal.
“ehhh jelek, mau kemana.”tiba-tiba Danu menarik tanganku, ada perasaan lain
saat danu memegang tanganku. Ada rasa grogi saat itu, tapi segera ku
netralisir.
“mau balik, abis lu ga mau serius,”jawabku ketus
“ya udah maaf, jangan ngambek gitu dong Din, tambah jelek loh nanti.”
“emang lu mau tanya apa din,?”tanya Danu mulai serius
“ Dan, gue mau tanya sama lu soal pribadi, tapi lu jangan marah ya. Hmm...Gue
mau nanya, lu pernah ga ngerasain jatuh cinta dan sayang sama orang.”
“hmm, jatuh cinta...cinta sesuatu yang fana tapi terasa dihati. gue pernah
jatuh cinta, tapi gue sakit karena cinta itu.”
“sakit..?sakit kenapa, bukankah saat kita sedang dilanda jatuh cinta, rasanya
berbunga-bunga dan bahagia.”
“ya...memang saat pertama kita jatuh cinta rasanya indah, seolah dunia adalah
keindahan. Tapi saat kita telah jatuh dalam cinta itu, kita juga akan merasakan
kesedihan, bahkan sedihnya sangat dalam.”
“lu pernah disakiti ya?”tanyaku ragu
“luka lama, yang ngebuat gue takut buat jatuh cinta, rasa takut untuk
kehilangan lagi. Dulu gue pernah suka sama cewe, saat itu gue yakin bahwa dia
adalah jodoh gue. Apapun gue lakuin buat dia. Dua bulan kita pacaran, dan dua
bulan itu cerita gue sama dia harus berakhir perih. Ternyata selama ini gue
tertipu, gue kira dia bener-bener tulus cinta sama gue, tapi nyatanya dia nikah
sama cowo lain. Tanpa ada penjelasan dia ninggalin gue gitu aja. Waktu itu gue
bener-bener ancur, gue sakit hati banget. Orang yang selam ini gue cinta
ternyata mengkhianati.”terlihat jelas raut kesedihan diwajah Danu saat
menceritakan kisahnya.
“oh...gitu ya, terus sekarang apa lu udah ga mau jatuh cinta lagi sama cewe
lain.”
“awalnya gue juga mikir gitu, gue ga akan pernah lagi mau buat jatuh cinta,
apalagi sampai gue harus sayang. Tapi waktu mengubah segalanya, dan perasaan
bukan kita yang ngatur. Gue sadar saat ini gue mulai jatuh cinta lagi, bahkan
gue udah ngerasa sayang banget sama orang itu. Tapi gue takut buat
ngungkapinnya, gue takut sakit lagi, biarlah gue simpan rasa ini sampai nanti
saatnya gue ungkapin.” Terang Danu
“owhh...jadi lu sekarang udah suka ya sama orang. Syukurlah kalo gitu, gue ikut
seneng.” Jawabku lesu. Ternyata danu ga cinta sama gue, sekarang giliran gue
yang harus ngrasain sakit karena cinta yang gue punya ga bisa terpaut sempurna.
Mungkin Danu bukan jodoh buat gue. gue hanya berharap Danu bisa bahagia,
Sejak pertemuan terakhir kemarin, aku membuat jarak dengan Danu. Karena aku tau
Danu mencintai orang lain, dan aku ga mau hatiku semakin sakit. Hari-hari kini
kurasakan hampa, tak seperti biasa yang selalu bersamanya. Kini aku dan Danu
masing-masing dengan kesibukan. Danu memang sedang sibuk bekerja karena ada
deadline yang harus dia kerjakan, sedangkan aku sengaja menjauh dari dia.
Hubungan yang seperti ini sebenarnya membuatku tak nyaman, hanya bisa melihat
tanpa bisa bersama. Aku rindu kebersamaan yang dulu, aku rindu canda dan
tawanya.
Satu bulan sudah jarak diantara aku dan Danu semakin menjauh, ingin aku
menemuinya dan berkata kalau aku sangat merindukannya, aku ingin memeluknya dan
ungkapakan bahwa aku sangat mencintainya. Tapi aku takut, karena aku tau
hatinya bukan untukku. Perasaan takut ini yang membuatku semakin menghindari
Danu, walaupun Danu sering mencoba mendekatiku, tapi aku sengaja mengacuhkanya.
Karena sikapku yang mulai berubah Danu pun mulai curiga, dan bertanya-tanya.
“hai, Din.” Sapa Danu dari arah belakang. Saat itu aku sedang melamun di atas
balkon, tempat biasa dimana aku dan Danu sering menghabiskan waktu berdua.
“hai, Dan...sejak kapan ada disini. Ngagetin aja.” Melihat Danu ada di
hadapanku membuat perasaanku semakin tak menentu. Disatu sisi ada rasa senang
karena akhirnya aku bisa meilhat bahkan bersama danu, tapi disisi lain, rasa
perih terasa menyayat dihati kalau ingat Danu mencintai orang lain.
“sejak lu mulai nglamun disini, Din kenapa sih lu. Akhir-akhir ini lu berubah
banget, lu marah ya sama gue, atau mungkin gue punya salah sama lu. Maaf ya
Din, kalo gue pernah nyakitin lu. Tapi lu bilang lah apa yang ngubuat lu
ngejauh dari gue, setiap gue mau deketin lu, lu langsung menghindar gitu aja.
Gue bingung Din harus gimana sama perubahan sikap lu.”
“hmmm.....ga apa-apa ko Dan, lu ga salah. Gue aja yang egois, padahal lu ga
salah apa-apa tapi gue ngejauhin lu.”jawabku
“lu ada masalah ya Din, cerita dong. Maaf ya, mungkin selama ini gue terlalu
sibuk sama kerjaan gue sampai ga ada waktu buat lu.”
“ga ada apa-apa ko.”aku tetunduk lesu. Perasaanku semakin terpuruk. Ingin
rasanya saat itu aku menangis dihadapanya, mengungkapkan apa yang ada dihatiku.
Tapi aku mencoba menahan semua itu, karena aku ga mau membuat Danu tidak
nyaman.
“Jujur lah Din, gue tau lu. Lu ga kan gini kalo lu lagi ga punya masalah. Gue
kenal lu bukan satu atau dua hari. Jujur gue ngerasa sakit kalo sikap lu kaya
gitu sama gue. Saat lu jauh gue ngerasa ada yang ilang. Gue kangen sama lu. Gue
kangen kebersamaan kita.”
Tak terasa airmataku jatuh berlinang, sebisa mungkin aku mencoba untuk tidak
menangis tapi apa daya Danu mengetahuinya.
“Din, kenapa lu nangis. Apa ada yang salah sama omongan gue. Sory Din, gue
minta maaf kalo udah nyakitin lu. Plis din ngomonglah, jangan buat gue semakin
bingung.”desak Danu.
“Maaf Dan, maaf karena selama ini gue dah buat lu bingung sama sikap gue. Gue
Cuma ga mau lu marah kalo lu tau masalah gue. Gue takut lu benci.”
“Marah...???Benci....??kenapa gue harus benci dan marah sama lu. Lu ga pernah
salah sama gue.”jawab Danu yang semakin penasaran.
Dan seketika itu pun aku langsung memeluk danu,menangis dipelukannya, sampai
akhirnya aku ungkapkan perasaan ini.
“ Dan, gue sayang sama lu, gue cinta sama lu. Maaf Dan, gue tau hati lu bukan
buat gue, lu sayang sama orang lain. Tapi gue ga bisa terus-terusan nahan
perasaan ini. Maaf Dan, bukan maksud gue ngrusak hubungan lu.”kataku terbata.
Isak tangisku semakin menjadi.
Tiba-tiba Danu melepaskan pelukanku, dan langsung mencium keningku. Keadaan ini
membuatku bingung.
“Din, lu ga salah apa-apa ko. Gue juga ga marah apalagi benci sama lu. Gue
malah bahagia banget waktu gue tau perasaan lu.”jawab Danu sambil mengusap
tangisku. Sambil menatapku lekat, terukir senyum dibibirnya.
“maksud lu Dan....?kenapa lu bahagia, lu ga marah atau benci sama
gue..?”tanyaku semakin heran.
“Dina jelek, dari mana lu berfikir kalo gue udah punya pacar. Dulu gue emang
pernah bilang sama lu kalo gue udah jatuh cinta bahkan sayang sama orang lain.
Tapi lu ga tau kan siapa orangnya.?”jawab Danu
“emang siapa orangnya.”
“makanya kalo orang lagi cerita dengerin baik-baik, dasar jelek.”
“Lu tau Din, siapa cewe yang gue sayang itu. Cewe yang udah buat gue jadi gila,
sampe-sampe gue takut banget buat kehilangannya. Karena menurut gue cewe itu
berarti banget dalam hidup gue. Lu tau, Cewe itu sekarang ada dihadapan gue.”
“maksud lu...gue gitu.”jawabku kurang percaya.
“ya itu lu Din, lu tau gue udah sayang sama lu semenjak gue kenal lu. Gue
semakin sadar kalo gue cinta sama lu dan gue ga mau kehilangan lu. Sebenernya
udah dari dulu gue mau ngomong sama lu, tapi gue takut lu marah. Tapi setelah
gue tau perasaan lu sekarang, gue bahagia banget, gue seneng karena akhirnya
orang yang gue sayang juga cinta sama gue.makasih ya Din”kembali Danu memelukku
“makasih juga ya Dan, karena ternyata orang lu sayang itu gue. Maaf gue udah
salah menilai lu. Gue sayang lu Dan.”
“iya sama-sama Din, maaf juga karena aku terlalu pengecut untuk mengungkapn
persaaan gue.”
“hmmm...oy Din, berarti hari ini kita resmi jadian dong. Kita pacaran
kan.heheheh.”
“iya.” Jawabku agak malu-malu.
“Dasar jelek, akhirnya gue dapet juga cewe jelek yang cengeng
ini...heheheheh.”kata Danu sambil mencubit hidungku
“auuuhhh...Danuu...ish orang ini tetep aja jail ya..awas ya lu.”jawabku kesal
bercampur bahagia.
“eh...jelek...sekarang karena kita udah pacaran lu ga boleh manggil gue dengan
sebutan lu atau danu. Lu harus manggil gue Mas. Ok jelek.hahahahahaha.”
“curang lu, masa gue suruh manggil lu mas, nah lu sendiri masih manggil gue
jelek. Ga adil tau.”protesku
“ok deh...sekarang gue ga akan manggil lu dengan sebutan jelek ataupun Dina.
Gue akan manggil lu dengan sebutan Adek...tapi adek jelek.....hahahahahaha.”ledek
Danu
“auuuhhh....danu...eh lupa mas...hehehe. kebiasaan deh nyubit hidung adek. Kan
sakit tau.”jawabku agak manja.
“kan biar seru de...hahahha...mas sayang ade...selamanya.”kembali danu
memelukku.
Ade juga sayang mas selamanya, terima kasih mas........
Akhirnya semua telah terjawab sudah, segala perasaan yang selama ini hanya ku
pendam dihati kini telah terpaut sempurna pada orang yang sempurna. Hari-hari
begitu indah, kebersamaan yang dulu sempat hilang kini kembali lagi bahkan
semakin erat. Rasa sayang yang Danu berikan kepadaku, kurasakan begitu tulus.
Kini perhatian yang selalu dia curahkan kepadaku. Hal-hal yang mengenai diriku
selalu dia perhatikan. Dan itu semakin membuatku sayang.
Satu tahun sudah usia hubungan aku dengan Danu. Tak terasa waktu yang kami
lewati, bahagia dalam kebersamaan. canda tawa hingga tangis haru meliputi
hubungan kita. Aku semakin yakin untuk menjalin hubungan yang lebih serius
dengannya. Begitupun dengan Danu.
“mas...mau makan siang ga.”tanyaku pada Danu
“oh..iya de, sebentar lagi ya. Tunggu mas diluar, sebentar lagi mas keluar.”
“ok..ade tunggu.”
Hari ini adalah hari jadian kita, dan kita rayakan dengan acara makan siang
bersama. 18 Mei 2010, tanggal dimana aku dan dan Danu resmi menjalin hubungan
pacaran.
“ade....udah satu tahun kita pacaran. Sepertinya sudah sangat cukup kita
memahami karakter masing-masing. Dan tepat hari ini, mas ingin meminta sesuatu
sama kamu. Maukah kamu menikah dengan mas?”kata Danu sambil menyodorkan sebuah
cincin permata
“apa mas...menikah...mas serius.”jawabku tidak percaya
“ya mas serius, kamu ga seneng.”
“mas...ade seneng banget, ade bahagia. Dan ade mau menikah dengan mas, karena
itu impian ade. Terima kasih mas.”jawabku senang.
Danu memasangkan cincin permata itu ke jari manisku, dan Cincin permata itu
kini telah melingkar dijari manisku, sebentar lagi akan ku arungi hidup bersama
orang yang aku sayangi.
“uhuk...uhuk....”seketika Danu Batuk. Tidak biasanya Danu seperti ini. Terlihat
wajahnya begitu pucat.
“kenapa mas,
mas sakit.?ayo kita ke dokter mas”
“ga apa-apa
de...ini Cuma batuk biasa. Nanti juga sembuh. Uhuk...uhuk..”batuk Danu semakin
bertambah parah sampai mengeluarkan darah
“ga apa-apa
gimana mas, batuk mas berdarah. Ini udah parah mas. Ayo kita ke dokter, ga ada
alasan mas menolak.”
Akhirnya aku
membawa danu kerumah sakit, disana keadaan Danu semakin parah. Bahkan
sesampainya dirumah sakit Danu langsung pingsang. Keadaan ini membuatku sedih,
aku takut terjadi apa-apa sama danu. Sepanjang itu aku selalu berdoa untuk
kesembuhan Danu.
Danu masih
belum sadarkan diri, dia masih tergolek lemah di ruangan ICU. Dan aku hanya
bisa menatapnya sedih. Tak jarang aku selalu meneteskan airmata saat aku lihat
keadaan Danu. Belum ada kepastian jelas tentang penyakit yang Danu derita,
karena dokter sedang meneliti sampel darah Danu.
“dokter, apa
sudah ada keadaan pasti tentang penyakit tunangan saya dok.”tanyaku pada dokter
yang ketika itu baru keluar dari ruangannya.
“hmmm....maaf
bu, saya harus mengatakan ini. Walaupun berat. Semoga ibu bisa menerima.”terang
dokter membuatku was-was
“apa itu
dok.”jawabku lemas.
“bapak Danu menidap
penyakit Kanker paru-paru, dan keadaanya sudah dalam stadium empat. Hal ini
menyebabkan umur bapa danu hanya mampu bertahan 4 bulan saja.”
Jawaban dokter
membuatku lemas tak berdaya, orang yang kusayang kini divonis hanya mempunyai
umur 4 bulan. Ya allah..inikah cobaan yang Engkau berikan kepadaku. Aku lihat
Danu dari balik kaca ruangan ICU. Dia masih tergolek lemah.
Danu mulai
sadar, dengan kondisi badan yang lemah dia paksakan untuk bangkit dari tempat
tidurnya. Walau akhirnya tetap saja dia terjatuh lagi.
“mas...mau
ngapain. Ga usah banyak bergerak, biarkan badan mas istirahat dulu.”kataku yang
saat itu sedang menemaninya. Memang sejak kejadian itu Danu dirawat dirumah
sakit, dan aku selalu menemaninya.
“ade, kenapa
dengan mas. Kenapa tubuh mas terasa lemas. Mas sakit apa de.”tanya Danu
penasaran
“mas ga sakit
apa-apa, mas Cuma kecapean. Ya sudah sekarang mas istirahat dulu.”kilahku untuk
menutupi penyakit yang dia derita. Akupun berlalu dari ruangan itu,
karena aku tidak mau Danu melihatkku menangis.
Setiap ku
melihat Danu, kesedihan yang selalu ada, ada tangis disetiap malam. Ketika
kugelar sajadah untuk mengadu padaNYA. Berharap Tuhan memberikan keajaiban agar
Danu dapat sembuh. Tuhan berikanlah dia hidup yang panjang agar aku bisa selalu
bersamanya.
Ketika pagi
datang, aku sengaja tidak masuk kerja karena aku ingin seharian menemani Danu.
Pagi itu pun aku beranjak kerumah sakit. Dengan membawa makanan kesukaan danu,
aku bergegas menuju rumah sakit. Sesampainya diruangan ICU, aku lihat Danu masih
tidur, kubiarkan dia bermimpi indah. Terlihat jelas raut wajah yang teduh, rona
kedamaian dalam diri Danu, walaupun penyakitnya sudah menggerogoti tubuhnya.
Tak sadar ketika aku sedang melihatnya, Danu bangun dari tidurnya. Buyar segala
lamunanku tentang dia.
“de...sejak kapan kamu disini. Ko mas ga tau.”tanya danu dengan suara lirih.
Aku tau pasti danu sangat merasakan sakit.
“sudah dari tadi mas, sampai sempet ngeliat mas tidur nyenyak.”jawabku sambil
tersenyum
“kamu bawa apa de.?”
“oh ini mas, iya...ini ade bawa makanan kesukaan mas, ade spesial buatin ini
untuk mas. Bubur ayam spesial buatan ade Dina yang cantik, hehehehe. Mas makan
ya.”kataku mencoba menghibur Danu, walaupun hati ini terasa perih.
“makasih ya de, pasti ini enak. Karena kan yang buat oranng cantik. Mas makan
ya.”
Kulihat Danu dengan lahapnya memakan bubur kesukaannya, saat itu hatiku sangat
miris. Tau akan keadaan Danu membuatku tak bisa menahan untuk tidak menangis,
tapi aku coba menahannya untuk membuat danu tenang.
“wah enak banget de....kapan-kapan kamu buatin lagi buat mas ya..??apalagi kalo
udah nikah pokoknya tiap hari kamu harus buatin bubur ayam ini khusus buat mas.
uhuk...uhuk...”tiba-tiba batuk Danu kambuh lagi, dan kali ini semakin parah.
Darah yang keluar dari mulutnya begitu banyak. aku semakin panik, tak tau harus
berbuat apa, keadaan Danu semakin parah.
Aku berlari menuju ruangan dokter, tak peduli ada orang didepanku. Ku terobos
saja, aku tak ingin terjadi apa-apa pada Danu. Aku tak ingin terlambat. Karena
aku tak mau kehilangannya.
“dokter...dokter...tolong saya..dokter...tolong.”kataku terengah-engah saat
kulihat seorang dokter melintas dihadapanku.
“ada apa bu, apa yang bisa saya bantu. Coba ibu tenangkan diri ibu dulu.baru
ibu ngomong”jawab dokter sambil menenangkanku.
Saat itu tidak ada ketenangan buatku, langsung saja kutarik tangan dokter itu
dan ku bawa menuju ruangan Danu. Tanpa basa basi lagi, walaupun dokter itu
terlihat bingung. Aku berlari sekencang mungkin, Kuterobos kerumunan orang yang
ada dihadapanku, aku tak peduli dengan mereka. Aku tak ingin terlambat
sedetikpun.
Namun setelah sampai diruangan, Kini aku yang terpaku, diam tak bergeming.
Dokter yang tadi kutarik juga merasa heran. Aku memang telah berhasil membawa
dokter itu keruangan Danu, tapi aku gagal untuk mencoba menyelamatkan. Aku
lihat tubuh danu telah ditutup selimut, disekitarnya sudah ada dokter dan
perawat yang sedang merapikan bekas darah dilantai.
Aku hampiri tubuh itu, aku masih tak percaya dengan apa yang aku lihat. Mungkin
saja danu sedang bercanda, mungkin saja Danu sedang mengerjaiku,menutup seluruh
tubuhnya dengan selimut. Tapi tidak...saat angin membuka sebagian selimut
itu, kulihat wajah danu yang teduh tak ada beban. Ku coba goyangkan tubuh danu
berharap Danu bangun, tapi tak kujung juga dia bergerak. Sampai dokter yang ada
dihadapkanku mendekatiku.
“maaf bu kami
tidak bisa menyelamatkan nyawa bapa Danu.”
Kata-kata itu
seperti petir yang menyambar,rasa tak percaya masih meliputiku. Aku coba
menyangkal bahwa Danu masih hidup, dia hanya pura-pura tidur.
“tidak dok,
dia masih hidup. Dia Cuma pura-pura tidur. Lihat ini, danu ayo bangun...Danu
bangun...mas bangunlah...mas...bangun.”kataku sambil terus kugoyangkan tubuh
Danu, tangisku semakin histeris saat tubuh Danu diam tak bergerak.
“tidak
dok...Danu masih hidup, danu belum mati. Danu...ayo
bangun.daaannnuuuu...aaaahhhhh.”teriaku sambil kupeluk tubuh danu erat.
“tenang bu,
tenang....ikhlaskan saja semua sudah menjadi kehendak Tuhan.”terang dokter
mencoba menenangkan.
“tidak dok,
danu masih hidup. Danu ayo bangun.”
Seorang dokter
mengcoba menenangkanku, karena keadaanku semakin tak terkendali. Tangisku
semakin histeris. Hatiku hancur, sedih yang kurasakan begitu dalam, aku tak
bisa berhenti untuk menangis, seketika itu tubuhku mulai lemas. Mataku
remang-remang, kulihat Danu melintas pergi. Dan aku pun tak ingat apa-apa lagi.
Kesedihanku semakin mendalam, airmataku tak henti mengalir. Keadaan ini
membuatku lemah, aku menghukum diriku sendiri. Satu bulan sudah sejak kematian
Danu, aku masih mengurung diri dalam kamar. Tak ada gairah untuk melakukan
sesuatu, bahkan untuk makanpun terasa hambar. Berlinang airmata saat aku ingat
kenanganku bersama danu. Hanya cincin permata ini yang masih menemaniku dalam
sepinya malam.
0 comments:
Posting Komentar