Tweet |
1.Ritual Tiwah
Ritual Tiwah yaitu prosesi menghantarkan roh
leluhur sanak saudara yang telah meninggal dunia ke alam baka dengan
cara menyucikan dan memindahkan sisa jasad dari liang kubur menuju
sebuah tempat yang bernama sandung.
Ritual Tiwah dijadikan objek wisata karen unik dan
khas banyak para wisatawan mancanegara tertarik pada upacara ini yang
hanya di lakukan oleh warga Dayak Kalteng
2.Kebo-Keboan
Prosesi upacara adat Kebo-keboan yang dilaksanakan
setiap tahun oleh warga Desa Alasmalang. Awalnya upacara adat ini
dilaksanakan untuk memohon turunya hujan saat kemarau panjang, dengan
turunnya hujan ini berarti petani dapat segera bercocok tanam.
Puncaknya prosesinya adalah membajak sawah dan
menanam bibit padi di persawahan. Orang-orang yang bertingkah seperti
kerbau tadi dapat kesurupan dan mengejar siapa saja yang mencoba
mengambil bibit padi yang ditanam. Warga masyarakat Desa Alasmalang
berusaha berebut bibit padi tersebut, karena dipercaya dapat digunakan
sebagai tolak-balak maupununtuk keuntungan
3.Adu Kerbau (Mapasilaga Tedong)
Adu kerbau diawali dengan kerbau bule.
Partai adu kerbau diselingi dengan prosesi
pemotongan kerbau ala Toraja, Ma’tinggoro tedong, yaitu menebas kerbau
dengan parang dan hanya dengan sekali tebas. Semakin sore, pesta adu
kerbau semakin ramai karena yang diadu adalah kerbau jantan yang sudah
memiliki pengalaman berkelahi puluhan kali.
Sebelum diadu, dilakukan parade kerbau. Ada kerbau
bule atau albino, ada pula yang memiliki bercak-bercak hitam di
punggung yang disebut salepo dan hitam di punggung (lontong boke).
Jenis yang terakhir ini harganya paling mahal, bisa di atas Rp 100
juta. Juga terdapat kerbau jantan yang sudah dikebiri—konon cita rasa
dagingnya lebih gurih
4.Rambu Solo
Rambu Solo adalah pesta atau upacara kedukaan
/kematian. Adat istiadat yang telah diwarisi oleh masyarakat Toraja
secara turun temurun. Bagi keluarga yang ditinggal wajib membuat sebuah
pesta sebagai tanda penghormatan terakhir pada mendiang yang telah
pergi.
Setelah melewati serangkaian acara, si mendiang di
usung menggunakan Tongkonan (sejenis rumah adat khas Toraja) menuju
makam yang berada di tebing-tebing dalam goa. Nama makamnya adalah
pekuburan Londa.
Yang unik dari upacara rambu solo adalah pembuatan
boneka kayu yang dibuat sangat mirip dengan yang meninggal dan
diletakkan di tebing.Uniknya lagi... konon katanya, wajah boneka itu
kian hari kian mirip sama yang meninggal
5.Pasola Sumba
Ini adalah bagian dari serangkaian upacara
tradisionil yang dilakukan oleh orang Sumba. Setiap tahun pada bulan
Februari atau Maret serangkaian upacara adat dilakukan dalam rangka
memohon restu para dewa agar supaya panen tahun tersebut berhasil
dengan baik. Puncak dari serangkaian upacara adat yang dilakukan
beberapa hari sebelumnya adalah apa yang disebut pasola. Pasola adalah
‘perang-perangan’ yang dilakukan oleh dua kelompok berkuda. Setiap
kelompok teridiri atas lebih dari 100 pemuda bersenjakan tombak yang
dibuat dari kayu berdiameter kira-kira1,5 cm yang ujungnya dibiarkan
tumpul
6.Dugderan
Duderan adalah sebuah upacara yang menandai bahwa
bulan puasa telah datang. Dugderan dilaksanakan tepat 1 hari sebelum
bulan puasa. Kata Dugder, diambil dari perpaduan bunyi dugdug, dan
bunyi meriam yang mengikuti kemudian diasumsikan dengan derr.
Kegiatan ini meliputi pasar rakyat yang dimulai
sepekan sebelum dugderan, karnaval yang diikuti oleh pasukan
merahputih, drumband, pasukan pakaian adat “BHINNEKA TUNGGAL IKA” ,
meriam , warak ngendok dan berbagai potensi kesenian yang ada di Kota
Semarang. Ciri Khas acara ini adalah warak Ngendok sejenis binatang
rekaan yang bertubuh kambing berkepala naga kulit sisik emas,
visualisasi warak ngendok dibuat dari kertas warna – warni. Acara ini
dimulai dari jam 08.00 sampai dengan maghrib di hari yang sama juga
diselenggarakan festival warak dan Jipin Blantenan
7.Tabuik
Berasal dari kata ‘tabut’, dari bahasa Arab yang
berarti mengarak, upacara Tabuik merupakan sebuah tradisi masyarakat di
pantai barat, Sumatera Barat, yang diselenggarakan secara turun
menurun. Upacara ini digelar di hari Asura yang jatuh pada tanggal 10
Muharram, dalam kalender Islam.
Pada hari yang telah ditentukan, sejak pukul 06.00,
seluruh peserta dan kelengkapan upacara bersiap di alun-alun
kota.Para pejabat pemerintahan pun turut hadir dalam pelaksanaan
upacara paling kolosal di Sumatera Barat ini.
Satu Tabuik diangkat oleh para pemikul yang
jumlahnya mencapai 40 orang. Di belakang Tabuik, rombongan orang
berbusana tradisional yang membawa alat musik perkusi berupa aneka
gendang, turut mengisi barisan. Sesekali arak-arakan berhenti dan
puluhan orang yang memainkan silat khas Minang mulai beraksi sambil
diiringi tetabuhan.
Saat matahari terbenam, arak-arakan pun berakhir.
Kedua Tabuik dibawa ke pantai dan selanjutnya dilarung ke laut. Hal ini
dilakukan karena ada kepercayaan bahwa dibuangnya Tabuik ini ke laut,
dapat membuang sial. Di samping itu, momen ini juga dipercaya sebagai
waktunya Buraq terbang ke langit, dengan membawa segala jenis
arakannya
8.Ngaben
Ngaben adalah upacara pembakaran atau kremasi jenazah umat Hindu Bali.
Dalam prosesi Ngaben, ketika api mulai disulut,
perlahan-lahan kobaran api akan membesar dan mulai berkobar menyulut
sosok jenazah. Lama-kelamaan kobaran api mulai menghanguskan jazadnya
yang dipercaya akan melepaskan segala ikatan keduniawian dari orang
yang meninggal itu. Bila ikatan keduniawian telah terlepas, maka
semakin terbukalah kesempatan untuk melihat kebenaran dan keabadian
kesucian Illahi di alam sana.
Beberapa hari sebelum upacara Ngaben dilaksanakan,
keluarga dari orang yang meninggal dibantu oleh masyarakat membuat
“Bade dan Lembu” yang sangat megah terbuat dari kayu, kertas
warna-warni dan bahan lainnya. “Bade dan Lembu” ini merupakan tempat
jenazah yang nantinya dibakar
0 comments:
Posting Komentar